PUSKAPIK.COM, Kramat – Resah dan khawatir dirasakan Ingrid Frederica (31), warga Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Ibu satu anak ini sudah hampir satu tahun hilang kontak dengan suaminya Samfarid Fauzi (32) yang bekerja di sebuah Kapal ikan FU YUAN YU milik perusahaan China.
Ingrid menuturkan, suaminya bekerja di Kapal FU YUAN YU sejak April 2018 melalui jasa penyalur PT PUNCAK JAYA SAMUDRA yang berkantor di Jalan HOS Cokroaminoto Lingkar Selatan, Kabupaten Pemalang dengan masa kontrak selama 2 tahun. Mestinya, masa kontrak kerja suaminya telah habis pada April 2020. Namun sampai saat ini suaminya belum juga pulang, bahkan tidak diketahui keberadaannya.
“Jadi kalau yang saya heran gini lho. Ini suami saya kan sudah finish kontrak nih. Kenapa kok gak bisa bilang aja. yang wayahe pulang ya pulang. Mungkin kalau belum finish kontrak susah pulang oke lah saya bisa maklumin. Kini sudah finish kontrak pun mentok diplomasinya. Itu yang saya heran,” kata Ingrid.
Baca Juga
Ingrid mengungkapkan, ia terakhir berkomunikasi dengan suaminya pada Agustus 2019. Sang suami sempat mengatakan ingin pulang karena tidak betah bekerja di kapal. Melalui pesan WhatsApp sang suami menceritakan kepedihannya soal pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian kontrak kerja.
“Jadi kapal itu nggak sesuai perizinannya. Apa aja diambilin. Kalau ada buaya , juga buaya yang dipancing,” kata Ingrid menirukan penuturan sang suami.
Dalam pesan WhatsApp sang suami juga menceritakan bahwa para awak kapal sering terpaksa mengkonsumsi bangkai ayam yang digoreng dan timun busuk. Namun suaminya lebih memilih makan hanya dengan garam karena tak mau menyantap bangkai ayam.
“Jadi suamiku itu sudah tidak betah di kapal. Karena jam kerja yang tidak sesuai dengan perjanjian serta makanan yang tidak layak. Pokoknya ngenes,” kata Ingrid
Setelah mendengar cerita pilu sang suami, Ingrid sempat berupaya mengurus kepulangan suaminya agar dipercepat. Saat kapal suaminya sandar di India pada Juni 2019 ia mencoba mengurus ke PT PUNCAK JAYA SAMUDRA selaku agen yang memberangkatkan suaminya.
Namun karena pihak agen mengaku tidak bisa, ia lantas menghubungi KJRI Mumbay di India. Melalui KJRI Mumbay ia meminta izin otoritas. Namun, dalam proses permintaan izin otoritas kapal tempat suaminya bekerja berangkat sekitar Agustus 2019.
“Dua hari setelah kapal suamiku berangkat, KJRI menghubungi, Bu ini izin otoritasnya sudah siap. Dalam dua hari ini kami jemput. Aku bilang kapal suamiku sudah berangkat,” tutur Ingrid.
Ingrid tak pernah putus asa berusaha agar suaminya bisa pulang. Ia terus menghubungi pihak PT PUNCAK JAYA SAMUDRA, tapi selalu mendapat jawaban belum ada jawaban dari agensi. Sampai akhirnya tiba waktu finish kontrak April 2020 suaminya tak juga pulang.
“Saya tanya alasannya belum pulang karena masih corona, penerbangan tidak ada yang buka. Tapi tetap saya kejar terus, alasannya belum ada jawaban dari China,” beber Ingrid
Ingrid menjelaskan, pada Juni 2020 ia akhirnya mendapat kabar dari teman suaminya yang dirawat di sebuah rumah sakit di Srilanka bahwa suaminya dipindah kapal.
“Dari teman suami saya yang dirawat di Srilanka di situ saya tahu kalau suami saya dipindah kapal bulan enam. Padahal bulan empat dia finish,” kata Ingrid.
Ingrid juga mengungkapkan soal gaji suaminya yang tidak sesuai dan sering terlambat berbulan-bulan. Dalam kontrak kerja disebut gaji suaminya mencapai USD300. Namun kenyataannya gaji yang diterima jauh dari itu.
“Gaji aja seret mas. Saya (suami) pernah 8 bulan nggak gajian. Dua periode saya gak gajian,” ungkapnya.
Karena berbagai upaya yang sudah ditempuh tak membuahkan hasil, Ingrid berinisiatif menulis surat kepada Presiden Joko Widodo agar bisa membantu memulangkan suaminya. Ingrid berharap Presiden Joko Widodo bisa melakukan diplomasi antar negara karena diplomasi yang dilakukan KBRI selalu mentok.
“Isi suratnya saya minta tolong. Menceriakan kronologis. Tolong Pak Jokowi untuk istilahnya melindungi lah warganya sendiri. Karena KBRI di sana pun sudah beberapa kali diplomasi katanya mentok. Jadi satu-satunya cara, istilahnya cara ampuhnya ya Pak Jokowi yang maju gitu,” kata Ingrid.
Iamengungkapkan, surat untuk Presiden Jokowi yang ia tulis tangan dikirim Jumat, 31 Juli 2020. Ia berharap suratnya itu akan mendapat respons cepat dari Presiden.
“Saya berharap Pak Jokowi bisa membantu saya. Kasihan anak saya satu-satunya yang masih kecil sering menanyakan bapaknya terus,” kata Ingrid sambil matanya berkaca-kaca.
Kontributor: Wijayanto
Editor: Faisal M
Baca Juga