PUSKAPIK.COM, Pemalang – Musim kemarau mengakibatkan sedikitnya 12 desa di Kecamatan Pulosari dan 3 desa di Kecamata Belik, Pemalang, mengalami kekeringan parah .Ribuan warga yang berada di kaki Gunung Slamet itu mengalami krisis air bersih.
Dua belas desa tersebut desa Clekatakan, Siremeng, Batursari, Pagenteran, Penakir, Pulosari, Gunungsari, Jurangmangu, Cikendung, Gambuhan dan Nyalembeng, dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 23 ribu jiwa lebih. Di kecamatan Belik ada tiga desa yaitu Belik , Gunungjaya dan Gombong, krisis air bersih tersebut telah mereka alami sejak dua bulan lalu.
Wahadi , Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemalang, Selasa 11 Agustus 2020, menyebutkan, setiap hari melakukan droping bantuan air ke sejumlah lokasi .
“Kekeringan melanda 12 desa di Kecamatan Pulosari dan 3 desa di Kecamatan Belik . Kami setiap hari melakukan droping air ke lokasi kekeringan. Namun hanya ada 3 aramada tanki yang bisa mengirim air. Karena dua mobil tanki untuk penyemprotan disinfektaan,†kata Kalakhar BPBD Pemalang, Wahadi.
Disebutkan, warga yang kesulitan air bisa melapor ke desa atau kecamatan, lalu diteruskan ke BPBD. Dari BPBD akan mengirimkan bantuan sesuai dengan jadwal, secara bergiliran.
Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa harus antre di bak- bak penampungan air yang sudah minim isinya. Mereka harus menunggu dua sampai tiga jam guna memperoleh dua jerigen atau ember,air bersih tersebut.
“Kami sudah lebih dari dua bulan kesulitan air bersih, setiap hari harus antre di bak penampungan yang airnya sudah minim. Bantuan dari BPBD atau yang lain yang mainim dan tidak mencukupi kebutuhan,†kata Witriati, warga Gunungsari.
Selain itu mereka juga bergantung pada bantuan yang diberikan pemerintah daerah melalui BPBD dan sejumlah lemabaga yang membantu atau para relawan juga derawan.
“Jika taka da bantuan, kami mendapatkan air bersih dari penjual keliling dengan harga Rp 60 ribu setiap sekitar 1000 liternyaâ€, jelas Harto , warga Pulosari.
Krisis air bersih memang menjadi musibah tahunan yang harus selalu mereka hadapi karena secara geografis memang daerah mereka berada di kaki Gunung Slamet.
Setiap bantuan air gratis datang, warga langsung berebut untuk mendapatkannya. Mulai dari anak-anak, ibu-ibu hingga orang tua, semua berusaha mendapatkan air sebanyak-banyaknya dengan cara mereka membawa berbagai alat untuk menampung, mulai dari ember, jerigen hingga bekas tempat cat, dan lainnya.
Kontributor : Suryo Sukarno
Editor : Amin Nurrokhman