PUSKAPIK.COM, Brebes – Di Brebes, ada wanita yang memiliki cara berbeda dalam membatik, yakni menggunakan bahan makan dengan media roti atau brownis. Padahal seni membatik lazimnya dilakukan di atas media kain menggunakan canting, lilin dan pewarna.
Prihantini Pramintowati (42) salah warga Rt 08 Rw 1 Desa Siasem, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, adalah salah satu yang melakukan inovasi dalam melestarikan seni membatik. Hanya saja cara yang dilakukan ini bisa dianggap tidak lazim dan bisa dibilang keluar dari pakem seni membatik.
Dalam menciptakan kreasi batik ini, Prihartini tidak menggunakan cara cara yang umum, seperti memakai canting, lilin dan bahan pewarna batik. Obyeknya pun bukan menggunakan kain. Batik yang dia ciptakan justru menggunakan bahan makanan dengan obyek roti bolu, tart serta brownis.
“Mulanya coba-coba dan ingin mengkombinasikan motif batik pada makanan agar lebih menarik,” katanya membuka percakapan.
Jebolan Unes jurusan PKK tahun 1995 ini merupakan pelaku UMKM di bidang kuliner. Sebagai pelaku usaha kecil, dia memproduksi berbagai makanan, dan salah satu produk unggulannya adalah roti brownis dan tart batik ini.
Diceritakan Prihartini, ide membuat jajanan motif batik ini muncul sekitar setahun lalu. Sebagai penggemar batik, dia ingin menciptakan produk batik yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki yakni tata boga. Alhasil, dia menemukan ide untuk membuat sebuah produk makanan bermotif batik.
“Muncul ide itu sekitar setahun lalu. Sebagai penggemar batik, ingin membuat karya batik tapi dalam wujud makanan, bukan kain,” tutur Prihartini Jumat 2 Oktober 2020 siang.
Produk jajanan batik hasil kreasi ini memiliki motif berbeda layaknya kain batik pada umumnya. Ada batik Salem Brebesan, motif batik pekalongan dan mega mendung khas Cirebon.
“Motif batik ini saya belajar dari corak kain batik yang banyak beredar di masyarakat. Kemudian saya kreasikan sendiri menggunakan bahan makanan,” tuturnya.
Jenis kuwe yang paling banyak diminati pembeli adalah bolu gulung, brownis dan kue tart. Harga jual pun berbeda tergantung jenis makanannya. Brownis batik bikinannya dibandrol Rp.60 ribu, bolu gulung Rp. 70 ribu dan kue tart batik Rp.150 ribu.
“Biasanya diorder hanya momen tertentu. Yakni seserahan, oleh oleh, atau bila ada momen momen tertentu seperti ulang tahun. Biasanya sepekan ada 2-3 kali pesanan,” terang dia.
Karena alasan biaya produksi yang cenderung mahal, Prihartini hanya memproduksi bila ada orderan. Selain itu, prosesnya juga cukup rumit dan lama.
“Karena proses pola batik itu memiliki kerumitan dan ketelitian. Sehingga tingkat kesulitannya yang membedakan dengan produksi kue pada umumnya,” sambung ibu dua anak ini.
Pembuatan makanan bermotif batik ini secara umum sama seperti membuat produk sejenis lainnya. Hanya saja dasar loyang diberi adonan kuwe bermotif batik sesuai warna dan coraknya. Setelah motif terbentuk, loyang diisi adonan kuwe dan dimasak hingga matang.
Kontributor : Fahri Latief
Editor : Amin Nurrokhman
Berita Lainnya :
