PUSKAPIK.COM, Pemalang- Calon Bupati Pemalang yang diusung PKB-PKS pada Pilkada 2020, Iskandar Ali Syahbana berkomentar soal fenomena ‘mendadak NU saat Pilkada’. Itu dikatakan saat kampanye di depan struktural partai dan relawan, Sabtu 10 Oktober 2020.
Menurutnya, setiap momen politik baik Pemilu, Pilkada, Pilgub setiap calon berusaha mendekat kepada NU dan mengaku NU guna mengambil hati warga nahdliyin.
“Jangan kaget waktunya Pilkada ya NU semua, tinggal bagaimana kita bisa menilai sebelum Pilkada ada yang kelihatan NU apa tidak?. Intinya semua akan NU pada waktunya, ” ujarnya.
Iskandar juga mengatakan, dia bukan bermaksud sok paling NU. “Tapi fakta saya lahir dari kecil sudah dikenalkan kepada NU oleh keluarga saya,” tambahnya.
Iskandar menyatakan, sejak kecil sudah mengaji kepada kiai-kiai NU, lalu menempuh pendidikan di pesantren Tebu Ireng Jombang, pesantren yang didirikan KH Hasyim Asyari yang dikenal sebagai pendiri NU.
“Semua itu tidak lain karena kecintaan orang tua saya terhadap NU, ingin anaknya dekat NU ingin anaknya mendalami Ahlussunnah wal Jamaah an nahdliyah, ” katanya.
Lanjut Iskandar, tahun 2003 ketika selesai menempuh studi dan pulang ke Pemalang dirinya langsung aktif sebagai Pengurus Ranting NU Kendaldoyong. Dan pada 2010 diminta aktif sebagai pengutus MWC NU Petarukan dan merangkap menjadi Wakil Ketua PAC Ansor Kecamatan Petarukan.
“Jadi kalau saya disamakan dengan calon lain yang mendadak NU yang tidak terima ya kiai yang tahu kiprah saya di NU, ” tegasnya.
Menurut Iskandar, sampai dirinya menjadi calon bupati saat ini juga atas saran dari mantan Ketua PCNU Pemalang, KH Dasuki.
“Beliau bercita-cita supaya Pemalang ini seperti kabupaten Pekalongan dan kabupaten Tegal. Bupatinya dari warga NU, bagaimanapun ketika Pemalang dipimpin oleh bupati NU maka keberpihakan akan lebih besar diberikan untuk warga nahdliyin, ” ujarnya.
Iskandar mengaku waktu itu dipanggil oleh KH Dasuki dan diminta untuk mewakili NU sebagai calon bupati Pemalang. Karena sebelumnya KH Dasuki sudah menawarkan kepada beberapa orang di NU yang sudah punya kemampuan namun tidak ada yang siap waktu itu.
“Intine NU pengen duwe bupati (intinya NU ingin punya bupati). Setelah saya amati dari beberapa kader yang punya potensi untuk maju menjadi bupati itu salah satunya kamu, kira-kira kamu siap apa tidak?, ” ungkap Iskandar menirukan KH Dasuki kala itu.
Akhirnya Iskandarpun menerima dan direkomendasikan untuk masuk PKB sebagai kendaraan politiknya untuk mewujudkan cita-cita dan amanat dari KH Dasuki.
Penulis : Baktiawan Candheki
Editor : Amin Nurrokhman