PUSKAPIK.COM, Pemalang – Terompet kerap kali diidentikkan dengan perayaan tahun baru. Meski jarang ditemui jelang pergantian tahun 2021 di tengah pandemi Covid-19 ini, namun ternyata pengrajin terompet di Kabupaten Pemalang tetap bertahan.
Sentra pembuatan terompet yang terkenal di Kabupaten Pemalang, di Desa Kaligelang,Kecamatan Taman. Desa ini, juga dikenal gudangnya pengrajin mainan anak-anak lawas, seperti otok-otok,kitiran,kipas kertas, dan kapal-kapalan.
Jelang pergantian tahun 2020 ke 2021 di tengah pandemi Covid-19 ini, salah satu pengrajin di Desa setempat yang konsisten berdagang terompet adalah Sukardi (60), warga RT 7 RW 2. Kakek 60 tahun itu mengaku tetap konsisten berdagang terompet, karena sudah menjadi ladang penghidupan turun-temurun dan dijalani sejak kecil.
Baca Juga
“Hanya bikin saat menjelang tahun baru. Kalau dulu pas lagi laku-lakunya, itu kurang 3 bulan aja udah mulai bikin. Dulu bentuknya macam-macam, ada bentuk naga, tapi mau bikin itu karena ada corona sudah kurang laku, jadi bikin yang biasa,†kata Sukardi, Selasa 29 Desember 2020.
Sukardi menuturkan, sejak 4 hari lalu, dirinya sudah mulai berdagang terompet keliling dengan sepeda, disamping mainan lainnya, seperti balon. Dan diperkirakan sudah 30 terompet laku terjual saat keliling, mangkal di pasar, serta di balai Desa saat Pilkades Serentak 2020 kemarin.
Saat berdagang keliling itu pula, dia sering mendengar gunjingan dari masyarakat akan bahaya penularan Covid-19 dari terompet.
“Saya enggak menghiraukan itu, karena sudah menjadi bakat dan lahan pangan saya. Kalau di jalan ada yang bilang ‘jangan beli terompet ada corona’ ya banyak. Tapi saya biasa-biasa saja, wajar karena musim corona mereka takut,†tutur Sukardi.
Pengalamannya berdagang terompet sendiri, sudah keliling ke berbagai kota sejak umur 12 tahun, saat itu harga terompet 5 rupiah. Dahulu, dia berkeliling jalan kaki hingga ke Pekalongan,Tegal, dan kota-kota lainnya. Tapi kini, karena faktor usia, Sukardi hanya keliling berdagang terompet antar-kecamatan dengan sepeda.
“Dulu pernah bawa 4000 terompet dari Pemalang ke Tegal pakai gerobak darurat dari bambu. Ditarik, jalan kaki 3 hari, lewat jalan raya pantura,†ungkap Sukardi, sambil menyiapkan sepeda untuk berdagang.
Dijelaskan Sukardi, berbeda dengan dahulu yang berbahan pet dari bambu. Bunyi terompet buatannya sekarang dihasilkan dari terompet kecil plastik dengan membran balon.
Bahan lain seperti manik-manik juga diakuinya, sudah mudah didapat di Pemalang. Saat ini, terompet berbahan kertas hanya dia jual seharga 5000 rupiah.
Sukardi mengungkapkan, omset penjualan terompet sendiri kini cenderung menurun dan rugi jika dijadikan barang dagang pokok. Namun, berdagang terompet akan tetap dijalaninya, karena sudah menjadi ladang penghidupan, meski sudah dimakan zaman.
Penulis : Eriko Garda Demokrasi
Editor: Amin Nurrokhman
Baca Juga