PUSKAPIK.COM, Slawi – Mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp9.200 per kilogram menjadikan para perajin tempe di sejumlah daerah harus memutar otak untuk kelangsungan usahanya. Tak terkecuali para perajin Tempe di Kabupaten Tegal.
Tofa (58) salah satu perajin tempe di Desa Debong Wetan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, mengaku terpaksa memperkecil ukuran tempe produksinya. Ini terpaksa dilakukan untuk menyeimbangkan dengan tingginya biaya produksi akibat mahalnya harga kedelai.
“Terpaksa memperkecil ukuran tempe, jadi lebih tipis,” kata Tofa saat ditemui di rumahnya, Selasa sore, 5 Januari 2021.
Baca Juga
Selain memperkecil ukuran, siasat lain yang ditempuh Tofa dengan mengurangi jumlah produksi dari biasanya 2 kuintal per hari turun menjadi 1,5 kuintal per hari. Menurutnya, cara ini lebih baik ketimbang menaikan harga tempe.
“Kalau harganya dinaikan pembeli banyak yang protes. Nanti malah gak laku,” kata Tofa.
Persoalan lainnya selain mahalnya harga kedelai, imbuh Tofa, adalah tidak seragamnya harga antara perajin yang satu dengan lainnya. Kondisi ini terjadi karena tidak adanya wadah organisasi perajin tempe sehingga perajin mematok harga berbeda-beda.
“KOPTI di sini sudah tidak ada. Jadinya harganya kadang ada yang murah sekali,” imbuhnya.
Menurut Tofa, saat ini sudah mulai ada perajin yang usahanya kembang kempis dihantam harga kedelai yang melambung.
“Kalau harga kedelai tak kunjung turun, nasib perajin kecil bakal gulung tikar,” katanya.
Kontributor: Wijayanto
Editor: Faisal M
Baca Juga