PUSKAPIK.COM, Tegal – Tak hanya perajin tahu dan tempe, pedagang kedelai pun ikut resah dengan mahalnya harga kedelai dalam beberapa hari ini. Ruri (48), salah satu agen kedelai di Kelurahan Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, mengakui omzet penjualannya menurun akibat mahalnya harga kedelai.
“Ada pengaruhnya juga terhadap permintaan konsumen meski tidak terlalu besar, ya sekitar 5%,” katanya saat ditemui Puskapik.com di tokonya, Rabu siang, 6 Januari 2021.
Ruri menyebut, penurunan omzet disebabkan banyak perajin tempe dan tahu yang mengurangi produksi karena harga kedelai mengalami kenaikan cukup tinggi, yakni dari Rp6.800 menjadi Rp9.500 per kilogram.
Naiknya harga ledelai, imbuh Ruri, terutama disebabkan para petani kedelai di Amerika dan Brazil mengalami gagal panen sehingga mempengaruhi pasokan ke sejumlah negara termasuk ke Indonesia. Tak hanya itu, permintaan kedelai dari China saat ini sangat banyak setelah pandemi Covid-19 di China mereda.
“Memang kenaikan kan karena faktor dari sananya gagal panen. Selain itu permintaan dari China agak banyak makanya barang agak susah. Stok berkurang karena lari ke China semua. Indexnya dari sana naik,” paparnya.
Menurut Ruri, kedelai yang ada saat ini kondisinya kurang bagus karena merupakan stok lama. Seharusnya, pasokan kedelai dari Amerika dan Brazil akhir 2020 sudah masuk ke Indonesia tapi diperkirakan baru datang akhir Januari 2021.
“Saat ini barang nggak ada yang bagus. Itu masih stok lama semua yang nggak ada new crop panenan baru. Mungkin akhir bulan ini baru masuk barang baru kemungkinan nanti agak penurunan,” katanya.
Kontributor: Wijayanto
Editor: Faisal M
Berita Lainnya :
