Sulit Beli Pupuk, Petani Geram, Geruduk Balai Desa
- calendar_month Rab, 13 Jan 2021

FOTO/PUSKAPIK/WIJAYANTO

“Di desa kami mayoritas petani jagung. Setiap tahun, hasil produksinya mencapai 800 ton. Karena itulah, kami berharap ada pengecer pupuk di desa kami,” ujarnya.
Menurut Fakih, apabila di Desa Sangkanjaya ada pengecer pupuk, maka kebutuhan pupuk dapat terpenuhi. Selama ini, banyak petani yang kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Selain jarak pengecer jauh, biaya transportasi juga mahal.
“Hampir 40 persen tanaman petani disini gagal panen karena kekurangan pupuk,” ungkap Fakih.
Fakih mengaku sudah pernah mengusulkan adanya KPL di desa tersebut melalui dinas terkait. Bahkan, dinas juga menyetujui hadirnya pengecer pupuk resmi di desanya. Namun, ada salah satu pihak yang tidak merekomendasikan keinginan para petani.
“Semuanya sudah setuju. Dinas juga setuju. Tapi ada salah satu produsen pupuk yang tidak setuju. Padahal, untuk memenuhi enam prinsip penyaluran pupuk bersubsidi adalah, tepat jenis, tepat jumlah, tepat harga, tepat tempat, tepat waktu dan tepat mutu. Salah satu yang harus dilakukan distributor adalah mendekatkan KPL dengan kelompok tani,” terang Fakih.
Kepala Desa Sangkanjaya, Jelani, saat menemui para petani mengaku akan menyampaikan aspirasi tersebut ke bupati melalui camat. Menurutnya, para petani di desanya memang membutuhkan pengecer pupuk. Tujuannya, untuk mendekatkan kepada petani sehingga dapat meminimalisir biaya angkut. Dia berujar, di desanya terdapat dua kelompok tani (Poktan). Yakni Poktan Mawar Indah dengan jumlah anggota sebanyak 74 petani dan Poktan Tani Jaya dengan jumlah anggota 49 petani. Mereka sudah terdaftar dalam e-RDKK dan memiliki kartu tani.
- Penulis: puskapik




























