PUSKAPIK.COM, Slawi – Puluhan petani di Desa Sangkanjaya, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, menggelar aksi unjuk rasa di Kantor Balai Desa setempat, Rabu siang, 13 Januari 2021. Mereka menuntut diadakannya Kios Pengecer Lengkap (KPL) pupuk di desanya.
Pasalnya para petani desa Sangkanjaya mengaku kesulitan mendapatkan pupuk. Selama ini petani selalu membeli pupuk bersubsidi di Desa Danawarih, Kecamatan Balapulang. Jaraknya sekitar 5 kilometer. Parahnya, untuk menuju ke pengecer pupuk tersebut, para petani harus mengeluarkan biaya angkut untuk ojek. Setiap satu karung pupuk, biayanya Rp 10 ribu. Padahal, dalam satu tahun, mereka membutuhkan pupuk sebanyak 57.602 ton.
Karena itu, mereka ramai-ramai menuju ke Balai Desa Sangkanjaya untuk mengadu ke kepala desa. Harapannya, kepala desa dapat menyampaikan aspirasi itu kepada Bupati Tegal.
Baca Juga
“Kami para petani membutuhkan pupuk bersubsidi. Kami minta, di Desa Sangkanjaya ada pengecer pupuk. Sehingga para petani tidak terlalu jauh untuk mendapatkan pupuk,” kata Tawaf (60), salah satu petani
Para petani yang mendatangi balai desa, jumlahnya sekitar 30 orang. Beberapa petani ada yang membawa cangkul dan membawa poster bertuliskan sejumlah tuntunan, antara lain “Kami Butuh Pupuk”,”Ketahanan Pangan Tak Akan Berhasil Jika Pupuk Kurang”,”Pengecer Jauh, Biaya Pupuk Mahal, Segera Adakan Pengecer Pupuk di Desa Kami”,”Tolong Jangan Anak Tirikan Kami.”
Salah satu petani, Muhammad Fakih (40), juga meminta agar di Desa Sangkanjaya didirikan KPL. Sehingga memudahkan petani untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Kebutuhan pupuk di desa tersebut, cukup banyak. Untuk pupuk urea, bisa mencapai 26.186 ton per tahun. Sedangkan pupuk NPK dan organik, sebanyak 31.416 ton per tahun. Menurutnya, jumlah itu hanya untuk para petani yang sudah memiliki kartu tani atau tercatat dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Tani. Sementara yang belum memiliki kartu tani, jumlahnya juga banyak.
“Di desa kami mayoritas petani jagung. Setiap tahun, hasil produksinya mencapai 800 ton. Karena itulah, kami berharap ada pengecer pupuk di desa kami,” ujarnya.
Menurut Fakih, apabila di Desa Sangkanjaya ada pengecer pupuk, maka kebutuhan pupuk dapat terpenuhi. Selama ini, banyak petani yang kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Selain jarak pengecer jauh, biaya transportasi juga mahal.
“Hampir 40 persen tanaman petani disini gagal panen karena kekurangan pupuk,” ungkap Fakih.
Fakih mengaku sudah pernah mengusulkan adanya KPL di desa tersebut melalui dinas terkait. Bahkan, dinas juga menyetujui hadirnya pengecer pupuk resmi di desanya. Namun, ada salah satu pihak yang tidak merekomendasikan keinginan para petani.
“Semuanya sudah setuju. Dinas juga setuju. Tapi ada salah satu produsen pupuk yang tidak setuju. Padahal, untuk memenuhi enam prinsip penyaluran pupuk bersubsidi adalah, tepat jenis, tepat jumlah, tepat harga, tepat tempat, tepat waktu dan tepat mutu. Salah satu yang harus dilakukan distributor adalah mendekatkan KPL dengan kelompok tani,” terang Fakih.
Kepala Desa Sangkanjaya, Jelani, saat menemui para petani mengaku akan menyampaikan aspirasi tersebut ke bupati melalui camat. Menurutnya, para petani di desanya memang membutuhkan pengecer pupuk. Tujuannya, untuk mendekatkan kepada petani sehingga dapat meminimalisir biaya angkut. Dia berujar, di desanya terdapat dua kelompok tani (Poktan). Yakni Poktan Mawar Indah dengan jumlah anggota sebanyak 74 petani dan Poktan Tani Jaya dengan jumlah anggota 49 petani. Mereka sudah terdaftar dalam e-RDKK dan memiliki kartu tani.
“Tapi yang belum masuk dan belum memiliki kartu tani, masih banyak. Lebih dari 100 orang,” imbuhnya.
Sementara, saat para petani menyampaikan aspirasinya, mendadak Bhabinkamtibmas Polsek Balapulang Bripka Supriyanto datang ke lokasi. Ia langsung membubarkan para petani tersebut karena dikhawatirkan terjadi penyebaran virus corona.
“Silahkan bapak-bapak dan ibu-ibu pulang ke rumah masing-masing. Jangan berkerumun seperti ini. Untuk aspirasinya, nanti bisa disampaikan Pak Kades ke bupati,” kata Supriyanto, sambil membubarkan para petani.
Kontributor: Wijayanto
Editor: Amin Nurrokhman
Baca Juga