PUSKAPIK.COM, Tegal – Dengan mesin pengolahan sampah terbaru yang dimiliki, Pemkot Tegal menjadikan barang tak berharga ini bisa memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun sayang baru 10 persen sampah yang bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomi.
Wakil Wali Kota Tegal, M Jumadi mengatakan, Pemerintah tengah mengoptimalkan keberadaan pusat daur ulang sampah untuk mengatasi permasalahan banyaknya volume sampah yang tidak terkelola dengan baik. Program pengelolaan sampah itu ditargetkan bisa dilakukan di tingkat rumah tangga.
Sejauh ini, tambah Wakil Wali Kota Tegal, program pengelolaan dan daur ulang sampah secara end-to-end sudah dilaksanakan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R yang berada di Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur. TPS ini merupakan pusat daur ulang sampah pertama di Indonesia. Sebuah mesin predator telah ada dan mampu memangsa berbagai jenis sampah baik organik maupun anorganik, kecuali besi dan kaca.
‎
“Adanya pusat daur ulang sampah diharapkan akan membantu mengurangi besarnya volume sampah, terutama sampah plastik ke TPA, dan juga mampu berperan dalam mencapai ekonomi sirkular,” kata Jumadi dalam webinar bertajuk Upaya Kelola Sampah dan Daur Ulang Kota Tegal dalam Mendorong Ekonomi Sirkular, Senin 29 Maret 2021.
Setiap hari sambungnya, mesin predator tersebut ‎mampu mengolah 20 ton sampah menjadi briket. Selain mesin predator sampah, sebelumnya Pemkot Tegal juga sudah memiliki mesin pemadat polistirena busa pada Maret lalu.
“Ke depannya, Kota Tegal menargetkan program ini juga dapat dilaksanakan pada tingkat rumah tangga, sehingga diharapkan hanya sampah-sampah residu yang tidak dapat diolah saja yang akan berakhir di TPA. Melalui edukasi yang tidak pernah putus, kami memaparkan kegiatan-kegiatan daur ulang sampah, misalnya cara mendaur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan,” ujarnya.
Jumadi mengajak masyarakat dan pemerintah daerah lain untuk ikut menjalankan program pengelolaan dan daur ulang sampah yang sudah dilakukan di Kota Tegal. Hal ini untuk mengatasi permasalahan banyaknya volume sampah yang tidak terkelola dengan baik dan banyaknya sampah berakhir di TPA.
“Setiap hari ada 250 ton sampah di Kota Tegal dan mesin predator ini hanya bisa mengolah 10 persenya. Maka perlu tambahan beberapa mesin agar masalah sampah di Kota Tegal bisa benar benar teratasi. Sampah ini bila diolah bisa menjadi briket sampah yang memiliki nilai ekonomi. Jadi dalam mengatasi permasalahan sampah ini perlu kemauan untuk mengelola sampah menjadi energi,” katanya.
‎Sekretaris Jenderal Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Wahyudi Sulistya mengatakan, masyarakat tidak bisa mengandalkan alam atau lingkungan untuk mengurai sampah plastik.
“Pada kondisi seperti sekarang, masyarakat harus belajar untuk mengelola, memilah-milah jenis sampah dan juga mendaur ulang sampah plastik untuk turut mendorong ekonomi sirkular. Mulai dari diri sendiri, bisa dari skala rumah tangga,” ujarnya.
Kontributor: Fahri Ltief
Editor: Amin Nurrokhman