Begini Proses Pembuatan Terasi di Tegal

FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

PUSKAPIK.COM, Tegal – Banyak yang belum tahu, bagaimana sih, terasi dibuat. Terasi adalah salah satu bumbu yang hampir selalu ada dalam setiap masakan. Sentra pembuatan terasi bisa dijumpai di Kabupaten Tegal, tepatnya di pesisir utara Desa Surodadi, Kecamatan Sorodadi.

Sentra pembuatan terasi ini berada di kompleks TPI Desa Surodadi yang sebagian besar warganya adalah nelayan tradisional. Hanya saja, setiap tahun pasca-angin barat, banyak warga yang bekerja sambilan sebagai pembuat terasi.

Pekerjaan ini ditekuni selama periode Februari sampai akhir April saat munculnya udang rebon di perairan Jawa ini. Bahkan saking banyaknya, mereka lebih memilih menjaring udang dibanding melaut ke tengah mencari ikan.

Musim rebon ini juga memunculkan bakul bakul dadakan dari kalangan wanita. Seolah tak mau kalah, mereka membeli udang dari nelayan untuk dijual kembali sebagai bahan baku terasi.

Warso (53) salah seorang warga Desa Surodadi menyebut, setiap habis angin baratan, banyak nelayan yang beralih mencari rebon. Alasannya, mencari rebon lebih mudah dan hasilnya lumayan.

“Pokoknya mulai Februari setelah (angin) baratan, serangan rebon luar biasa. Banyak nelayan yang beralih mencari udang rebon. Musim rebon ini biasanya sampai April,” ungkap Warso di sela kesibukannya menjemur rebon, Senin 5 April 2021.

Warso adalah salah satu dari beberapa warga yang ikut dalam bisnis rebon. Bersama keluarga, dia juga menggeluti bisnis pembuatan terasi, mulai dari membeli rebon basah dari nelayan sampai proses menjadi terasi.

Rebon basah ini didapatkan dari nelayan seharga Rp.250 ribu tiap basket. Setiap basket rebon diperkirakan beratnya mencapai 30 kg.

“Kadang juga saya beli rebon dari bakul bakul, karena memang kalau mengandalkan rebon sendiri masih kurang,” ujarnya.

Setiap musim rebon, Warso bisa membuat terasi minimal satu ton tiap pekan. Sebagai perajin bumbu masakan ini, Warso sudah memiliki pelanggan dari kalangan bakul dari berbagai kota.

Di sentra terasi ini, proses membuatnya menggunakan alat dan tenaga tersendiri.

Ada empat pekerja yang setiap hari melayani permintaan pembuatan terasi. Masing masing memiliki tugas mulai dari menggiling, menumbuk, menimbang dan membentuk terasi. Biaya pemrosesan hingga menjadi terasi dibandrol Rp.500 ribu per ton.

Di gudang ini, udang rebon yang sudah kering digiling sampai lembut. Proses pembuatan rebon ini tidak menggunakan bahan tambahan kecuali sedikit garam. Proses berikutnya rebon ditumbuk secara manual hingga padat dan dibentuk kotak kotak. Terasi pun siap dipasarkan.

Tarjono (54) operator mesin giling menyebut, di sentra terasi ini ada 4 keluarga yang membuat terasi. Semua pembuat terasi ini memproses rebon tersebut di gudang tersebut.

“Setiap hari kalau sedang musim rebon bisa satu ton per hari. Ongkosnya Rp.500 ribu sudah bersih alias sampai jadi terasi,” tutur Tarjono.

Terasi yang sudah jadi dikemas berbentuk kotak. Tiap kotak ada yang berbobot 5 kg, 2 kg dan 1 kg. Terasi ini bila dijual ke pengepul atau bakul harganya antara Rp 25 ribu sampai 30 ribu per kg.

Kontributor: Fahri Latief
Editor: Amin Nurrokhman

 

 

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!