PUSKAPIK.COM, Pekalongan – Epidemolog Dinkes Kota Pekalongan, Opick Taufik menyebutkan menghadapi masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, masyarakat diminta mewaspadai merebaknya penyakit DBD dan Chikungunya.
Masa peralihan ini, katanya, sangat rawan terjadinya peningkatan populasi nyamuk karena tempat perkembangbiakkan dan pertumbuhan larva nyamuk yaitu genangan air lebih banyak tersedia.
Dijelaskan Opick, DBD dan chikungunya adalah dua penyakit yang dapat disebabkan oleh gigitan dari nyamuk Aedes Aegypti. Walau begitu, banyak orang yang lebih familiar dengan DBD, sehingga dengan cepat mengatakan apabila gangguan yang menyerang adalah DBD. Memang, lingkungan yang kotor membuat nyamuk lebih mudah berkembang biak.
“Penyakit Chikungunya penyebabnya sama dengan DBD yakni karena gigitan Nyamuk Aedes Aegypti yang berkembangbiak pada genangan air jernih seperti air sisa hujan,hanya saja virus yang dibawa berbeda, â€terangnya.
Dinas Kesehatan Kota Pekalongan telah melakukan fogging massal mulai tanggal 25 Maret-11 April 2021. Pelaksanaan fogging massal tersebut digelar di 10 kelurahan endemis diantaranya Kelurahan Banyurip, Buaran Kradenan, Podosugih, Klego, Noyontaansari, Kuripan Yosorejo.
“Di tahun ini,kasus yang baru masuk ke kami ada di Kelurahan Sokoduwet,kalau yang tahun lalu kasus Chikungunya paling banyak terjadi di Kelurahan Banyurip dan Kradenan. Untuk DBD masih rendah,tahun 2020 lalu ada 85 orang, namun 5 diantaranya meninggal dunia,dan 80 orang sembuh. Di tahun 2021 ini baru ada 6 orang Alhamdulillah belum ada yang meninggal. Petugas jumantik kami rutin memeriksa secara berkala dan melakukan pelacakan tersangka yang terjangkit. Kami berharap,masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dengan rajin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),†paparnya.
Kontributor: Suryo Sukarno
Editor: Amin Nurrokhman