Berawal dari Kenangan Masa Kecil, Kades di Pemalang Lahirkan Ikon Kerajinan untuk Desanya

Kepala Desa Jojogan, Irman Faozi, tengah menilik produk takir anyaman bambu buatan salah satu sesepuh desanya, Mbah Sumarto. FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Berawal dari keinginan mengurangi sampah nonorganik dan kenangan masa kecil, Irman Faozi kembali menghidupkan tradisi penggunaan takir untuk menyajikan makanan dalam setiap kegiatan di Desa Jojogan, Kecamatan Watukumpul, Pemalang. Berkonsultasi dan menggali informasi ke sesepuh desa, ia lahirkan inovasi kerajinan takir anyaman bambu yang unik nan cantik, bakal ikon desanya.

Kepala Desa Jojogan, Irman Faozi, menuturkan, ide menghidupkan tradisi penggunaan takir atau wadah makanan itu berawal saat dirinya terkenang masa kecil dan upaya menghindari sampah nonorganik.

“Awalnya saya kepingin menghilangkan sampah nonorganik, nah kita ingin kalau ada acara wadah makanannya menggunakan daun. Nah dulu waktu saya kecil, senang sekali kalau lihat takir di acara pengajian masjid,” kata Irman Faozi, Rabu, 28 April 2021.

Baca Juga

Loading RSS Feed

Penggunaan takir atau wadah makanan yang terbuat dari daun pisang itu, kata Irman, sejatinya merupakan tradisi warisan nenek moyang Desa Jojogan sedari dulu, tapi kini mulai menghilang.

Seminggu belakangan, Kades muda itu kemudian menggali informasi perajin takir dan mengkonsultasikannya dengan para sesepuh, tokoh masyarakat, pokdarwis, serta pemuda desanya. Irman menginginkan, nantinya tradisi itu kembali dihidupkan, dengan inovasi yang mempunyai nilai seni budaya.

Salah satu sesepuh desa, Mbah Sumartono, kemudian mencoba membuatkan takir dan menunjukannya ke Irman. Bukan dari daun pisang, takir yang dibuat Mbah Sumarto terbuat dari anyaman bambu, dengan desain unik nan cantik.

“Dia otodidak semua, enggak meniru, enggak lihat internet karena dia enggak tahu internet. Ini luar biasa menurut saya,” kata Irman Faozi.

Saat Irman memposting hasil kerajinan Mbah Sumarto di medsos, banyak orang yang tertarik, bahkan ada rumah makan yang ingin memesan. Kini warga Desa Jojogan juga ikut berlomba-lomba membuat takir.

“Nanti malam akan ada nuzulul quran di desa kami, saya sudah woro-woro ke warga untuk membawa 3 takir dari rumah. Nanti saya akan membawa sampel 50 buah yang anyaman, untuk sosialisasi, agar ke depan setiap ada even menggunakan takir,” kata Irman Faozi.

Tradisi ini, kata Irman Faozi, juga bakal ditetapkan menjadi Perdes. Ia juga memerintahkan Pokdarwis Desa Jojogan untuk melapor ke Disparpora Pemalang agar takir nasi anyaman bambu itu dicatat sebagai ikon Desa Jojogan.

Irman berharap, ke depannya tradisi penggunaan takir wadah makanan ini terus dijaga. Diharapkan juga, takir anyaman bambu ini bisa menjadi produk kerajinan, yang bisa membuka peluang ekonomi warganya.

Penulis: Eriko Garda Demokrasi
Editor: Faisal M

Loading

Baca Juga

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!