Pemalang Darurat Covid-19, AMPERA: Bupati Harus Minta Maaf ke Rakyat

Koordinator Aliansi Masyarakat Pemalang Raya (Ampera), Heru Kundhimiarso (kanan) menyampaikan orasi dalam aksi damai beberapa waktu lalu. FOTO/DOK.PUSKAPIK

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Bupati Pemalang Mukti Agung Wibowo diminta meminta maaf kepada masyarakat atas kondisi darurat Covid-19 yang saat ini terjadi di Pemalang. Kegagalan pemerintah daerah menekan laju penyebaran virus corona jadi persoalan serius yang harus sesegera mungkin dibenahi.

Koordinator Aliansi Masyarakat Pemalang Raya (AMPERA), Heru Kundhimiarso, menyebut bahwa tingginya angka kematian akibat infeksi virus corona akhir-akhir ini semestinya bisa dicegah jika dari awal pemerintah daerah melakukan pencegahan dan pengendalian penularan yang lebih tegas.

“Belum ada solusi konkret bagi masyarakat yang berjuang mendapatkan perawatan Covid-19 di rumah sakit. Persoalan makin rumit atas krisisnya daya tampung rumah sakit dan kelangkaan oksigen yang belum juga tertangani. Ditambah lagi terpaparnya ratusan tenaga kesehatan,” kata Kundhi dalam keterangan pers, Kamis malam, 08 Juli 2021.

Baca Juga

Loading RSS Feed

Situasi krisis ini terjadi, lanjutnya, merupakan hasil ketidakefektifan pencegahan dan pengendalian oleh Pemerintah Daerah. “Kegagalan itu terjadi karena Pemerintah Daerah lalai, sejak awal bukannya menutup dan membatasi mobilitas, malah gencar mempromosi pariwisata,” imbuhnya.

Pemerintah daerah, lanjut Kundhi, bertanggung jawab atas kondisi krisis ini, sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU HAM di mana hak kesehatan dijamin oleh negara. Untuk itu, ia mendesak, Bupati beserta jajaran pemerintahannya perlu mengakui bahwa kondisi sudah gawat darurat dan meminta maaf serta menunjukkan empati ke publik.

“Sampaikan secara terbuka bahwa Pemalang sedang tidak baik-baik saja. Ubah pola penanganannya dan Bupati harus turun langsung untuk mengetahui kondisi masyarakatnya secara langsung,” ujarnya.

Selain menyoroti penanganan Covid-19 yang terkesan carut-marut, Kundhi menilai pemberlakukan jam malam dan pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat akan menimbulkan persoalan baru jika tidak diimbangi dengan solusi-solusinya.

“Siapa yang akan memenuhi kebutuhan pangan warga jika kondisi ini terus berlarut-larut? Tolong pikirkan bagaimana kebutuhan pangan warga yang terhenti mata pencahariannya, carikan solusi,” katanya.

Penulis: Baktiawan Candheki
Editor: Faisal M

Loading

Baca Juga

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!