Kasihan, 2 Keluarga di Ketanggungan Brebes, Tinggal di Kamar Panggung Bambu

FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

PUSKAPIK.COM, Brebes – Ironis, ada dua keluarga di Desa Ketanggungan, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, tinggal di bangunan panggung dari bambu. Kamar panggung dari bambu ini sengaja dibuat karena kerap terendam air bila turun hujan.

Rumah milik Kurdi (75) ini berukuran 5 x 6 meter ini berada di pusat kota kecamatan. Kondisi rumah sangat tidak layak dihuni karena lantai lembab. Bahkab bila turun hujan, air dipastikan menggenangi rumah ini.

Bagian dalam bangunan semi permanen ini dipenuhi barang barang bekas. Perkakas rumah tangga tampak bergelantungan di bawah atap rumah. Dinding rumah dari anyaman bambu sudah juga sudah lapuk dimakan usia.

Sementara, lantai rumah sebagian besar tertutup lumpur kering sisa banjir bandang beberapa waktu lalu. Lumpur ini sudah mengerak dan susah untuk dibersihkan.

Bagian depan rumah Kurdi ini dibangun dua unit kamar panggung dari bambu. Bilik seukuran 2 x 1 meter ini hanya setinggi 1,5 meter dan dipakai untuk tidur. Agar sedikit terasa nyaman, lantai panggung ini diberi selembar karpet.

Ada dua lagi kamar panggung di dalam rumah ini. Salah satunya dipakai oleh anak Kurdi dan menantunya. Selembar kain kusam dipasang sebagai tirai penutup area pribadi ini.

Kamar panggung bambu ini bisa dibilang mirip kandang ayam, baik dari segi ukuran maupun bentuknya. Kalau malam tiba, kamar ditutup dengan plastik sebagai penghalau udara dingin dan air hujan.

Rumah dengan empat kamar panggung bambu ini dihuni oleh Kurdi (75) beserta anaknya yakni Warjoni (43) dan istri, Kholjanatun (40) bersama Rosyid, sang suami dan satu orang anaknya yang masih kecil.

“Panggung seperti ini sudah didirikan sejak tiga tahun lalu. Karena kalau hujan apalagi sungai meluap, pasti terendam air. Ini sudah lebih dari lima tahun. Di sini ada 6 orang dari dua keluarga,” kata Warjoni, salah seorang penguni rumah, Selasa 31 Agustus 2021.

Warjoni mengaku, keluarganya sudah berkali kali diajukan sebagai penerima bantuan bedah rumah. Berkali kali telah disurvey namun tidak kunjung direnovasi.

“Mulai dari desa sampai anggota dewan sudah pernah survei ke sini. Katanya mau memberi bantuan, namun tidak ada kelanjutannya,” ungkap Warjoni.

Warjoni dan keluarga masuk katagori keluarga tidak mampu. Warjoni hanya mengandalkan penghasilan sebagai buruh bangunan yang jumlahnya tidak seberapa banyak.

Sementara itu, Kepala Desa Ketanggungan Sofani mengaku, pihaknya sudah mengajukan keluarga Warjoni agar bisa mendapatkan bantuan rehab rumah tidak layak huni (RTLH). Bantuan diajukan melalui dana desa maupun anggaran aspirasi dari anggota dewan. Namun untuk tahun tahun ini, anggaran dana desa tidak bisa dialokasikan untuk RTLH karena fokus dipakai penanganan COVID-19.

“Dana desa sekarang memang fokus untuk penanganan COVID-19, terutama untuk bantuan langsung tunai (BLT). Kami juga mengajukan aspirasi RTLH tapi untuk Desa Ketanggungan tahun ini tidak bisa tercover,” ungkapnya.

Dia melanjutkan, di desanya ada 27 rumah yang tidak layak huni. Hingga kini, pemerintah desa belum bisa menganggarkan Dana Desa untuk rehab RTLH karena dana desa masih fokus dianggarkan untuk BLT. Pemerintah desa saat ini hanya bisa memberikan bantuan berupa sembako bagi warga terdampak COVID-19.

Kontributor: Fahri Latief
Editor: Amin Nurrokhman

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!