Menilik Produksi Kopi di Pulosari Pemalang

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Kopi menjadi salah satu hasil perkebunan di wilayah Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang. Belasan ton biji kopi dipanen tiap musimnya. Bahkan produk kopi bubuk petani lokal pun sudah merambah pasar nasional.

Kecamatan Pulosari merupakan wilayah tertinggi di Kabupaten Pemalang yang berada tepat di bawah kaki Gunung Slamet. Bertengger di ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl), membuat tanaman kopi tumbuh subur disana.

Tanaman kopi tumbuh hampir di setiap petak kebun warga, tepian jalan, bahkan tak jarang juga tumbuh di halaman rumah. Ada beragam varietas kopi yang tumbuh baik dari jenis arabika maupun robusta dengan masa petik masing-masing.

Baca Juga

Loading RSS Feed

Untuk varietas kopi arabika diantaranya lini s, kartika, sigarar utang, komasti. Kemudian untuk kopi robusta secara umum robusta lokal (Jawa) dan keturunan Sumatera.

Menurut Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) Pemalang, Surinto, masyarakat Pulosari sudah mengenal kopi sejak zaman kolonial Belanda. Mereka biasa menanam kopi dengan metode tumpang sari.

“Tapi memang belum ada jurnal yang lebih mendalam soal histori keberadaan kopi di Pulosari,” ungkap Surinto, saat ditemui di tempat pengolahan kopi setempat, Kamis 17 Maret 2022.

Kopi jenis arabika di Pulosari memasuki masa panen mulai bulan Maret hingga Juni dan berlanjut jenis robusta pada bulan selanjutnya. Buah (cherry) kopi dipetik saat benar-benar matang dengan warna merah hitam.

Pasca petik, cherry kopi itu kemudian mulai diolah dengan proses natural. Petani kopi Pulosari biasa mengolah kopi mulai dari natural, full wash, wine, honey, bahkan ada yang mencoba proses carbonic.

“Masing-masing kelompok tani mengolah kopi dalam bentuk chery itu arabika 5 sampai 10 ton per-musim dan robusta bisa 8 sampai 10 ton.” tutur Surinto.

Produksi kopi di Pulosari bergeliat sejak tahun 2004. Tetapi saat itu petani setempat belum memproduksi kopi menjadi bubuk, melainkan dalam bentuk biji basah dan dikirim ke daerah lain seperti Temanggung dan Wonosobo.

Hingga pada tahun 2015 silam petani setempat mulai memproduksi kopi dalam bentuk bubuk. Bahkan kini sudah ada sekitar 11 produk kopi kemasan yang diproduksi kelompok tani. Produk mereka pun sudah merambah pasar nasional.

“Kita sudah pasarkan kopi Pulosari ke kota-kota besar. Bahkan orang luar negeri sudah mengenal produk kami. Harapan kami ada dukungan pemerintah daerah, memaksimalkan penikmat kopi lokal dan bangga produk lokal,” kata Surinto.

Penulis : Eriko Garda Demokrasi

Loading

Baca Juga

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!