PUSKAPIK.COM, Pemalang – Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan peliknya ketersediaan jenis solar untuk kebutuhan kapal nelayan hingga kini masih terus terjadi. Gerakan yang mengatasnamakan Nelayan Pemalang Timur Bersatu berencana unjuk rasa pekan depan.
Nelayan Kabupaten Pemalang di wilayah timur mengeluhkan pasokan solar yang dijual di Stasiun Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di Desa Mojo Kecamatan Ulujami pasca kenaikan harga bahan bakar termasuk jenis solar.
Peliknya kenaikan harga bahan bakar tersebut berlanjut pada ketersediaan BBM jenis solar di SPBN dan adanya larangan membeli BBM menggunakan jerigen di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pantura.
Nelayan Desa Mojo, Suyitno (40), mengaku kesulitan untuk mendapatkan solar di SPBN pasca adanya kenaikan harga BBM. Pasalnya, solar yang sebelumnya bisa didapatkan di SPBU Pantura kini tidak lagi bisa didapatkan lantaran tidak diperbolehkan membeli BBM menggunakan jerigen.
Persoalan lainnya, kata Suyitno, nelayan yang tidak bisa membeli solar di SPBU Pantura akhirnya terpaksa membeli solar di SPBN Desa Mojo. Padahal, ketersediaan solar di SPBN Desa Mojo hanya 35 ribu liter per bulan
Padahal, jumlah ketersediaan solar di SPBN Mojo sebanyak 35 ribu liter per bulan itu tidak bisa memenuhi kota kebutuhan nelayan sebanyak 600 kapal yang tersebar di Desa Mojo, Pesantren Timur, Ketapang, Blendung dan Limbangan.
“Sebelum harga solar naik, nelayan disini sebagian membeli solar di SPBU Pantura, tetapi karena ada larangan membeli solar dengan jerigen maka sekarang terpusat di SPBN Mojo,” jelasnya.
Terkait hal ini, nelayan desa Mojo dan sekitarnya berencana akan menggelar tuntutan kepada Plt Bupati Pemalang dan Dinas terkait pada pekan depan, Senin 3 Oktober 2022.
Terpisah, kordinator aksi nelayan bersatu, Andi Rustono, mengatakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang seharusnya merespon cepat dan mengidentifikasi persoalan-persoalan klasik yang dihadapi nelayan termasuk ketersediaan solar nelayan.
Di SPBN Desa Mojo sebagaimana data yang ada melayani setidaknya 600 kapal nelayan. Namun, ketersediaan stok solar nelayan di SPBN tersebut hanya 35 ribu liter per bulan sehingga kuota tersebut jauh dari kebutuhan nelayan.
“Rata-rata, kapal nelayan memiliki kebutuhan antara 60 hingga 90 liter untuk sekali pulang pergi untuk menangkap ikan. Kami meminta pemerintah daerah harus merespon cepat atau kami bersama nelayan akan turun ke jalan menutut Bupati Pemalang dan Dinas terkait lainya,” tegas Andi Rustono.
Kontributor : Dedi Muhsoni
Editor : Eriko Garda Demokrasi