Gerakan Marhaenis Pasca Era Orde Baru.
Di era reformasi, setelah bangsa yang besar ini mengalami kediktatoran rezim Orde Baru yang sangat masif dan dalam jangka waktu yang lama, GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) menjadi satu-satunya gerakan kaum Marhaen yang masih eksis di permukaan sejarah pergerakan. Hal ini dipengaruhi pasca tragedi politik dan kemanusiaan di tahun 1965, Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto mereduksi berbagai pengaruh Bung Karno dan Marhaenisme, termasuk partai-partai di bawah pengaruh tersebut maupun GMNI sendiri.
Baca Juga

Setelah melewati tekanan panjang tersebut, GMNI sebagai gerakan Marhaenis yang masih mempunyai kekuatan dan pengaruh yang besar dan luas, bereksistensi dengan pola aktivisme yang berbeda.
Pengalaman panjang kedekatan GMNI dengan organisasi partai politik, GMNI makin kehilangan napas murni ideologinya. GMNI semakin jauh dari semangat Marhaenisme yang dulu melahirkan gerakan ini dengan ditandai makin lesu dan redupnya semangat Marhaenisme sebagai obor pembebasan dari berbagai penindasan sistem.
Jika dulu GMNI tampil sebagai corong yang menyuarakan suara ideologi yang berpihak pada semangat nasionalisme dan sosialisme ala Indonesia, hari ini gerakan Marhaenis lupa terhadap rahim yang melahirkan. semakin jauh dari nilai progresivitas.
Wadah intelektual yang dulu melahirkan gagasan nasionalisme dan semangat ekonomi-politik yang berpihak pada rakyat kecil, hari ini gerakan Marhaenis ini tak lebih dari wadah yang melahirkan calon pemuda-pemuda oportunis dan pragmatis yang haus akan kuasa dan jabatan semata.
Kader-kader Marhaenis yang dulu dalam catatan sejarahnya paling lantang berpihak pada kaum tertindas sebagai amaliah ideologinya, hari ini bertolak belakang dengan hanya melahirkan politisi yang bersiap mendapat giliran masuk dalam struktur kekuasaan.
Marhaen mungkin akan selalu menang di hati rakyat proletar yang oleh Bung Karno disebut Marhaen dan dijadikan istilah pemikirannya, namun tidak pada gerakan Marhaenisnya untuk hari ini.
Tulisan ini sebagai kado ke 69 Tahun GMNI berdiri.
Opini oleh : Alfatah Harimba S.IP (Alumni Fisip Universitas Pancasakti Tegal)
*isi, materi dalam tulisan opini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Baca Juga
