Letto Ajak ‘Wong Gunung’ Pemalang Nyanyi Bareng di Malam Puncak FWG

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Penampilan grup musik Letto menjadi pamungkas kemeriahan Festival Wong Gunung (FWG) di Lapangan Pulosari Kabupaten Pemalang yang kembali digelar usai sempat tiga tahun vakum akibat pandemi Covid-19, Sabtu malam 23 September 2023.

Grup musik asal Yogyakarta yang digawangi Sabrang Mowo Damar Panuluh alias Noe, putra dari budayawan dan intelektual muslim Emha Ainun Nadjib itu, sukses mengajak ribuan warga berdendang bersama ditengah sejuknya angin malam di kaki Gunung Slamet.

Kemunculan Noe bersama kawan-kawannya langsung disambut riuh ribuan wong gunung yang sudah menanti-nanti. Lubang Di Hati menjadi lagu pertama yang dibawakan Noe bersama Patub (gitar), Arian (bass), Dhedot (drum), Cornel (gitar) dan Widi (keyboard).

“Semoga malam ini kenangan rindu yang kita miliki adalah kegembiraan, jangan meninggalkan kenangan sampah. Abis ini sampahnya dibawa biar bersih. Kita tunjukan wong gunung cinta kebersihan.” kata Noe yang juga akrab dipanggil Gus Sabrang itu.

Tak berlama-lama, lagu Ruang Rindu yang menjadi hits Letto di tahun 2005 langsung dibawakan Noe. Malam itu ribuan penonton yang didominasi generasi millenial diajak bernostalgia lewat lagu-lagu mereka yang menenangkan dan penuh makna.

Plt Bupati Pemalang, Mansur Hidayat bersama sang istri, Shanti Rosalia, tampak ikut larut dalam keriuhan penonton. Letto menutup penampilannya dengan lagu Sebelum Cahaya yang tak kalah hits dari lagu-lagu lainnya, disusul pesta kembang api yang memecah gelap langit Pulosari.

Sebagai informasi, festival wong gunung merupakan festival yang digelar sebagai wujud rasa syukur dan pengharapan keberkahan bagi warga Pulosari dan sekitarnya. Dimana dalam agenda tahunan ini terdapat tradisi Ruwat Banyu Panguripan.

Dalam tradisi tersebut, ada tujuh pendekar yang mengambil air dari tujuh mata air di Hutan wilayah Desa Jurangmangu Pulosari. Pengambilan air dilakukan dengan berjalan kaki. Para Pendekar itu akan menempuh jarak sekitar 3 kilometer.

Banyu (air) panguripan lalu diruwat dan dikirab untuk selanjutnya dibagikan ke 12 desa yang ada di Kecamatan Pulosari. Ritual ini diharapkan mampu mendatangkan air yang berlimpah bagi Pulosari sebagai salah satu daerah di Kabupaten Pemalang yang kerap dilanda kekeringan.

Penulis : Eriko Garda Demokrasi

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!