PUSKAPIK.COM, Pemalang – Saat hendak memasuki kawasan Wisata Pantai Widuri Kabupaten Pemalang, ada sebuah bangunan unik yang berdiri kokoh menjulang dan selalu mengundang penasaran siapa saja yang melihatnya.
Bangunan yang berada di tepi Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Widuri, Pemalang itu ternyata tak lain merupakan kuburan orang Belanda yang hidup semasa era kolonial dahulu. Masyarakat sekitar biasa menyebutnya ‘Tugu Lecek’.
Penyebutan ‘Lecek’ tersebut sejatinya merupakan plesetan dari ‘Leitje’ yang artinya ‘Batu Tulis’ dalam bahasa Belanda.
Baca Juga
Ada beberapa orang eropa yang dimakamkan di Kompleks Makam Belanda yang kini berstatus Cagar Budaya Kabupaten Pemalang tersebut. Mereka yang dimakamkan disana merupakan tokoh-tokoh penting pada masanya.
Diantara deretan makam itu, ada kisah tragis yang menyelimuti kematian salah satu pejabat pemerintah Hindia Belanda. Bahkan, kabar kematiannya sangat menggemparkan dan menjadi pemberitaan koran-koran Hindia Belanda.
Kisah tragis itu menimpa C.J Beijnen seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda yang bertugas sebagai kontrolir di wilayah Distrik Moga, Afdelling Pemalang.
Pamong Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Pemalang, Diana Putri Larasaty, menuturkan, dalam arsip sejarah tercatat C.J Beijnen meninggal pada tanggal 20 April 1891 silam.
“Kematian C.J Beijnen saat itu disebabkan tertembak oleh senapannya sendiri ketika sedang berburu rusa di hutan. la meninggal dalam usia 24 tahun.” ungkap Diana kepada puskapik.com, Jumat (19/7/2024).
Jasad pejabat pemerintah Hindia Belanda tingkat II itu dimakamkan pada 21 April 1891. Pemakaman C.J Beijnen pun dimuat dalam pemberitaan koran Hindia Belanda pada masa itu, seperti Java Bode dan Bataviasch Niewsblad.
Selain C.J Beijnen, di Kompleks Makam Belanda Widuri tersebut juga dimakamkan Eugene Henry Burnaby Lautier yang merupakan administratur pabrik gula dan pernah menjabat di pabrik gula Wonopringgo Pekalongan, Balapulang Brebes, dan juga Banjardawa Pemalang.
E.H Burnaby Lautier meninggal dan dimakamkan pada 26 November 1887. Makam E.H Burnaby Lautier ini dibangun sangat megah seperti piramida. Makam inilah yang paling mencolok diantara makam lainnya.
Selain itu, disana juga dimakamkan seorang pegawai Pabrik Gula Banjardawa Pemalang, Arie van Baak. Arie van Baak meninggal dan dimakamkan di Kompleks Makam Belanda Widuri pada 16 Oktober 1907.
Diana Putri Larasaty mengungkapkan, ada sejumlah alasan yang memungkinkan Widuri dipilih sebagai pemakaman orang-orang eropa saat itu, yakni jarak Widuri kurang lebih 4 km ke utara dari pusat kota
Pemalang dinilai relatif dekat.
“Selain itu, lokasi makam juga jauh dari area pemukiman penduduk. Hal lain adalah Widuri memiliki areal cukup luas dengan pemandangan alam pantai sehingga menjadi lokasi yang tenang sebagai tempat persemayaman.” ujarnya. **
Penulis : Eriko
Baca Juga