Slawi  

Program Merdeka Sampah di Kabupaten Tegal Gagal?, 63 Persen Sampah Masih Tercecer di Lingkungan

PUSKAPIK.COM, Slawi – Program Merdeka Sampah yang dijalankan Pemkab Tegal sejak tahun 2021 lalu, belum menunjukan hasil yang memuaskan. Bahkan, 63 persen sampah masih tercecer di lingkungan yang berbahaya bagi kehidupan manusia.

“Sebanyak 63 persen sampah masih tercecer di lingkungan sekitar, hal ini menciptakan masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat dan ekosistemnya. Sampah yang menumpuk di area publik tidak hanya mengganggu estetika, tetapi juga dapat menjadi sarang penyakit, mempengaruhi kualitas udara dan air, serta mengancam kehidupan satwa liar,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Tegal Joko Kurnianto pada Festival Desa Merdeka Sampah yang merupakan puncak acara World Clean Up Day 2024 di Taman Mansidul Bogares Kidul, Pangkah, Minggu (29/9/2024).

Joko yang membacakan sambutan Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Amir Makhmud menyebutkan, hanya sekitar 34 persen sampah yang dihasilkan masyarakat yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampah tidak dikelola dengan baik, dan hal ini menjadi tantangan besar bagi lingkungan.

Joko membeberkan, berdasarkan data pengelolaan sampah tahun 2024 jumlah timbulan sampah di Kabupaten Tegal mencapai 670,38 ton/hari yang terdiri dari sampah rumah tangga sebesar 501,33 ton/hari atau setara 78 persen dan berasal dari non rumah tangga sebanyak 169,05 ton/hari atau setara 22 persen. Rata-rata sampah yang berasal dari rumah tangga perkotaan mencapai 0,42kg/orang/hari sedangkan dari rumah tangga pedesaan hanya 0,35kg/orang/hari.

“Hal ini menunjukan produksi sampah yang dihasilkan lebih banyak orang kota dari pada orang yang hidup di pedesaan. Selain itu rata-rata sampah yang berasal dari non rumah tangga telah mencapai 0,37kg/orang/hari,”kata Joko.

Ditambahkan Joko, upaya pengolahan sampah dengan pendekatan ramah lingkungan masih minim. Hanya 2 persen dari total sampah yang dikelola di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TP3SR). Di sisi lain, kontribusi bank sampah dalam pengelolaan sampah juga tergolong rendah, hanya mencapai 0,23 persen. Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang dan memanfaatkan kembali sampah masih perlu ditingkatkan.

Sementara itu, pengomposan dan sedekah sampah hanya menyumbang 0,12 persen, yang menunjukkan bahwa praktik pengolahan sampah organik dan penyaluran ulang sampah masih sangat jarang dilakukan. Sementara itu, pengelolaan sampah secara informal, baru mencapai 1,26 persen, menandakan adanya inisiatif individu, meskipun tidak terorganisir dengan baik.

Untuk itu, selain berjuang melawan volume sampah yang terus meningkat, juga perlu dilakukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

“Ini adalah panggilan untuk bertindak bagi kita semua, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk meningkatkan pengelolaan sampah secara berkelanjutan,”terang Joko.

Menurutnya, Festival Desa Merdeka Sampah yang diselenggarakan merupakan upaya nyata untuk menggerakkan masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pengelolaan sampah di lingkungan.

Dalam kegiatan tersebut, dilakukan deklarasi desa merdeka sampah dipimpin Kepala Desa Bogares Kidul M Arifin diikuti semua peserta yang hadir.

Dalam acara tersebut, peserta yang terdiri atas berbagai elemen masyarakat bergotong royong membersihkan sampah di sekitar Taman Mansidul. Seluruh peserta pada acara itu mendapat bingkisan telur setelah mengikuti kegiatan bersih-bersih sampah. Dalam acara itu disediakan 2.700 butir telur dari donatur. Acara dilanjutkan dengan talkshow efektivitas Perda pengelolaan sampah.

Ketua WCD Kabupaten Tegal 2024 Mizwar berharap hotspot sampah yang ada di Kabupaten Tegal bisa diselesaikan bersama . “Kalau kami sendiri tidak mampu, harus bersama-sama melaksanakan menjaga lingkungan hidup agar bersih, sehat dan menakjubkan,”tuturnya.

Even WCD di Kabupaten Tegal dilaksanakan sejak 19 September 2024 dengan melakukan clean up di jalan, sekolah dan sungai .

Dalam acara puncak WCD 2024, pihaknya mengundang 49 desa sebagai perwakilan penerima anggaran Desa Merdeka Sampah 2023.

“Kami berharap kegiatan ini mampu mengkampanyekan tanggungjawab, perubahan perilaku , budaya masyarakat untuk bisa mengelola sampah , minimal memilah sampah rumah tangga, sehingga bisa mengurangi volume sampah di TPA,”sebut Mizwar.

Dalam kesempatan itu, Mizwar mengajak masyarakat untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan. “Misalnya untuk botol air bisa pakai tumbler, kantong kresek bisa menggunakan kertas belanja untuk mengurangi sampah,”imbuhnya. (**)

Loading

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!