PUSKAPIK.COM, Pemalang – Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pemalang hingga kini masih menduduki posisi terendah di Jawa Tengah. Ketertinggalan ini pun kerap menjadi pertanyaan di benak masyarakat awam.
Dalam data teranyar Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pemalang tahun 2024 tercatat sebesar 68,65 dan masuk kategori ‘sedang’ dalam status pembangunan manusia. Angka itu meningkat 0,57 poin dibanding tahun 2023.
Meskipun terjadi kenaikan poin yang cukup signifikan, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pemalang masih berada pada posisi 35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam pencapaian pembangunan manusia.
Baca Juga
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang, Teguh Iman Santoso, mengungkapkan, ada alasan konkret yang menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pemalang sampai sekarang masih berada di posisi buncit.
Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya poin-poin indikator IPM itu sendiri. Salah satunya pada dimensi pengetahuan dengan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah.
Diketahui, Harapan Lama Sekolah Kabupaten Pemalang tahun 2024 adalah 12,02 tahun. Angka Harapan Lama Sekolah tersebut naik sangat tipis, hanya sebesar 0,01 dibanding tahun 2023 yakni 12,01 tahun.
Segaris dengan Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) warga Kabupaten Pemalang hanya berada di angka 6,56 tahun.
“Jadi jika diumpamakan, rata-rata pendidikan warga Pemalang lulus SD yakni 6 tahun lebih 1 semester, enggak sampai lulus SMP.” terangnya.
BPS sendiri saat ini menggunakan metode baru yang disepakati United Nation Development Programme (UNDP), dimana cakupan penduduk yang dihitung berusia 25 tahun ke atas untuk indikator Rata-rata Lama Sekolah. Pada metode lama, penduduk yang dihitung 15 tahun keatas.
Sementara iti, temuan di lapangan menunjukan bahwa banyak warga Kabupaten Pemalang yang masuk dalam cakupan penghitungan IPM (berusia 25 tahun) dan berpendidikan tinggi sudah pindah ke daerah lain karena alasan tertentu.
“Misalnya, mereka yang berpendidikan tinggi sampai lulus kuliah lalu pindah karena menikah dengan orang luar daerah. Atau karena tuntutan pekerjaan, mereka harus tinggal di luar Pemalang. Ya, poinnya nambah di daerah lain.” terangnya.
“Maka kita harapkan anak-anak dan remaja yang saat ini masih bersekolah, jangan sampai putus. Agar nanti saat usia 25 dan masuk cakupan penghitungan IPM, status pendidikannya tinggi, jadi ada loncatan poin pada IPM kita.” imbuh Teguh Iman Santoso.
Selain indikator Rata-rata Lama Sekolah, perubahan penghitungan dalam metode baru juga terjadi pada indikator pengeluaran perkapita disesuaikan.
Dimana ada perubahan pada penghitungan paritas daya beli yang digunakan. Pada metode lama, berdasarkan pada 27 komoditas yang digunakan dalam penghitungan paritas daya beli, sementara pada metode baru menggunakan 96 komoditas. (**)
Baca Juga