Komitmen Ketahanan Pangan Pemkot Tegal Dipertanyakan
- calendar_month Rab, 9 Apr 2025


“Kita bisa hitung kok, ketika dalam satu hektare itu kondisi lahan pertanian bagus bisa menghasilkan 8-10 ton dan yang sedang mencapai 5-6 ton. Itu baru lahan pertanian,” bebernya.
Dijelaskan dia, intrusi air laut juga mengarah pada lahan perikanan darat atau tambak, yang hari ini juga masyarakat tidak bisa mengelola di wilayah itu, terkecuali dengan alih teknologi tertentu, sehingga dampak intrusi air laut bisa disiasati untuk tetap digunakan sebagai tambak. Namun, untuk melakukan hal itu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Untuk itu, perlu dilakukan kajian untuk menghitung ketahanan pangan dari sektor perikanan darat yang bisa dipertahankan, seandainya kembali kepada fungsi tambak. Sebab, sejauh ini tidak ada langkah dan upaya.
“Kami dari Komisi III mendorong Pemkot Tegal untuk berkonsultasi, untuk menyampaikan keinginan, melaporkan kondisi eksisting Kota Tegal kepada Kementerian PUPR, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pertanian atau lainnya terkait kondisi intrusi air laut,” katanya.
Sutari mengaku pernah ke Jakarta untuk meminta Kementerian PUPR, KKP hingga Kementan, untuk turun ke lapangan melihat kondisi sumber daya airnya sejauh mana. Ketika akan dialihkan kembali ke kondisi semula dapat diketahui secara pasti kebutuhan yang perlu direncanakan, baik dari sisi pembiayaan maupun potensinya.
“Kondisi saat ini menjadi sebuah tantangan. Ini kan persoalan ketika bicara mengambil kebijakan melindungi petani dan petambak. Kita tidak mampu untuk memberikan kebijakan yang mendorong, memudahkan mereka dalam menjalakan aktivitas sebagai petani dan petambak,” ucapnya.
- Penulis: puskapik




























