Perajin Emas Pesayangan Tegal Gigit Jari, Padahal Harga Emas Tembus Rp 1, 9 Juta/ Gram

PUSKAPIK, Slawi – Perajin emas di Desa Pesayangan, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, gigit jari saat harga emas mengalami lonjakan tinggi mencapai Rp 1,9 juta/ gram. Bahkan, para perajin menghentikan produksi, karena permintaan emas turun.

“Harga emas gila-gilaan sampai Rp 1,9 juta/ gram hingga saat ini. Tapi, kami perajin malah tidak menikmati,” kata perajin emas di Desa Pesayangan, Danu (40) saat ditemui pada Rabu siang (16/4).

Desa Pesayangan merupakan sentra perajin emas sejak puluhan tahun lalu. Mereka mengolah emas dari limbah toko emas atau perajin emas dari dalam dan luar daerah. Sebagian perajin menjual emas olahan menjadi logam mulia dan sebagian juga memproduksi menjadi cicin, gelang, kalung dan perhiasan lainnya.

“Saat ini, perajin di Desa Pesayangan tidak ada yang produksi karena harga emas mahal. Kalau pun ada hanya beberapa yang merupakan sisa produksi sebelum Lebaran,” katanya.

Danu yang sudah 15 tahun menggeluti dunia pengolahan emas, justru tak mendapatkan berkah saat harga emas naik. Pasalnya, permintaan membeli emas justru turun. Penurunan permintaan sekitar 50 persen. Masyarakat lebih banyak menjual emas ketimbang membeli emas. Kondisi itu membuat para perajin menghentikan produksinya.

“Jadi, saya membeli limbah olahan menjadi emas, karena dari limbah itu ada sisa-sisa emas yang menempel di karpet ataupun tempat pembuangan limbah emas. Kemudian limbah itu diolah kembali menjadi logam mulia dan dijual ke toko-toko emas,” terangnya.

Menurut dia, lantaran stok emas di toko emas banyak karena orang lebih banyak jual, maka hasil olahan emas perajin tidak bisa dijual ke toko emas. Hal itu membuat perajin menghentikan produksinya. Selain itu, harga bahan baku berupa limbah emas juga mahal seiring dengan kenaikan harga emas. Tak hanya itu, hampir semua perajin emas di Pesayangan memproduksi sejak bulan puasa untuk memenuhi permintaan emas di saat Lebaran Idul Fitri awal bulan lalu.

“Kami ngebut produksi untuk Lebaran. Saat ini, perajin kehabisan stok. Saat sebelum Lebaran harga sekitar Rp 1,5 juta pergram,” katanya.

Dijelaskan, produksi limbah olahan emas bermula dari karpet atau tanah atau pasir dan sisa-sisa lainnya, dimasukan dalam mesin untuk merontokan emas yang menempel pada media bekas perajin emas. Setelah itu, hasil penyaringan kembali dibasuh dengan air, sehingga menyisakan campuran emas dan pasir lebih sedikit. Proses lanjutan berupa pemberian air raksa, sehingga emas menjadi satu dengan air raksa.

“Setelah itu, proses peleburan dengan dibakar. Setelah beberapa menit, emas kelihatan murni,” terangnya. (**)

Berita Lainnya :

Loading RSS Feed
Penulis: gunturEditor: nabil
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!