PEKALONGAN (PUSKAPIK) – Warga Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan akhirnya memiliki akses sanitasi yang layak. MCK adaptif dibangun di wilayah yang kerap terendam rob ini.
MCK adaptif merupakan Program Peningkatan Tanggap Darurat dan Pemulihan Bencana Lingkungan (Tangguh) yang dilaksanakan Pemerintah Kota Pekalongan dan Bina Karta Lestari (Bintari) Foundation. Peresmian MCK adaptif ini dilakukan oleh Wali Kota Pekalongan, HM Saelany Machfudz didampingi Koordinator Program Bintari Foundation, Muhammad Nur Hadi di RT 04/RW 05 Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Senin (10/2/2020).
Wali kota mengaku senang dengan adanya MCK adaptif tersebut. Keberadaan MCK tersebut dinilai bisa menjadi solusi dan harapan baru bagi masyarakat Bandengan terkait permasalahan sanitasi yang selama ini terjadi di wilayah terdampak rob.
Baca Juga
“Kota Pekalongan sudah puluhan tahun terdampak banjir rob. Selain berdampak pada ekonomi warga, permasalahan lain seperti kesehatan pun akan muncul akibat sanitasi buruk, sehingga warga terpaksa buang air di kubangan rob. Akibat dari rob, sanitasi pada bocor, sehingga sangat tidak sehat bagi warga,” kata Saelany.
Menurut Saelany, keberadaan MCK adaptif ini diharapkan menjadi pilot project untuk wilayah lainnya yang terkena dampak rob. Dengan adanya MCK adaptif ini, masyarakat yang tidak bisa mendapatkan akses sanitasi layak, saat ini bisa memperolehnya.
“Kemandirian dari warga sangat luar biasa mewujudkan MCK adaptif ini. Terima kasih kepada masyarakat semua dan pihak terkait yang telah membantu terselesainya pembangunan MCK ini secara gotong-royong. MCK ini sangat bagus, memiliki seni, dan bersih. MCK ini bisa menjadi percontohan dari daerah yang kondisinya sama, apalagi sekarang ada dana kelurahan sebagai stimulan untuk memaksimalkan pembangunan kelurahan,” papar Saelany.
Sementara itu, M Nur Hadi menjelaskan, MCK adaptif berkapasitas 3.000 liter. Pada sistemnya menggunakan biofilter, di mana kotoran yang tertampung akan mengendap dua hari. Kemudian pada prosesnya diurai oleh mikroba yang sudah ditempatkan di dalamnya. Air sisa penguraian dapat dimanfaatkan langsung untuk menyiram tanaman.
“Air tinja yang masuk akan diolah oleh bakteri dan sisanya akan keluar diolah oleh tanaman, Jadi, yang keluar betul-betul bersih. Untuk kebutuhan air, MCK ini menggunakan kombinasi air hujan dan air PDAM. Air hujan ditampung kemudian diolah, sehingga lebih bersih. Kemudian, MCK ini bisa ditinggikan menyesuaikan dengan ketinggian rob dan didesain ramah untuk penyandang disabilitas dan lansia,” papar Nur Hadi.
Ide pembangunan MCK adaptif tersebut muncul setelah pihaknya bersama Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Universitas Pekalongan melakukan riset di Kelurahan Bandengan. Adapun dana yang dikucurkan untuk membangun MCK Adaptif ini senilai Rp160 juta yang berasal dari organisasi lingkungan Friends of the Earth (FoE) Jepang, dana public kitabisa.com dan swadaya masyarakat.
“Kami berharap masyarakat bisa mengelola dengan baik supaya bisa menjadi contoh daerah lain, MCK ini bisa tetap terawat dan bermanfaat. Semua warga dilibatkan dalam pengelolaannya,” kata Nur Hadi.(YON)
Baca Juga