Jateng Industrial Belt: Jalan Baru Keluar dari Zona Kemiskinan
- calendar_month Sel, 26 Agu 2025


Risiko yang harus diakui adalah penundaan tata ruang (Brebes), fluktuasi global (pesanan garmen alas kaki), dan friksi izin. Di sinilah pentingnya koordinasi negara–swasta (Rodrik) yang gesit, daily management kawasan, bukan rapat triwulanan yang terlalu formal.
Pada 12 bulan ke depan (checklist yang bisa diaudit publik) tuntas RDTR prioritas di Brebes–Tegal–Pemalang (koridor pendukung), dengan SLA evaluasi izin kurang lebih 14 hari kerja untuk investasi manufaktur padat karya.
Kontrak “kurikulum bersama”: 50 pabrik, 50 SMK, 5 politeknik/BLK; target 10.000 lulusan terserap per angkatan, mulai dari alas kaki dan garmen.
Paket logistik pekerja yakni bus karyawan lintas kabupaten, insentif daycare di sekitar kawasan, standar mess pekerja (PDAM, kesehatan, keamanan). Ini elemen kecil yang mengerek partisipasi kerja perempuan dan menahan turn over, yakni syarat klaster yang tahan banting.
One Data Invest: dashboard publik real-time untuk lowongan, kebutuhan skill, gaji rata-rata, progres izin, supaya supply demand tenaga kerja bertemu cepat, dan publik bisa mengawasi janji serapan tenaga kerja.
Dari Jargon ke Keseharian
Kawasan industri bukan mantra. Ia bekerja jika tiga hal dijaga, kepastian (aturan dan lahan), keterampilan (vokasi yang presisi), dan kenyamanan (logistik hidup pekerja).
Statistik 2025 menunjukkan Jateng sedang di jalur yang benar, kemiskinan dan pengangguran turun, investasi menyerap ratusan ribu.
Tugas Ahmad Luthfi-Taj Yasin berikutnya adalah membakukan kebiasaan baik, cepat bereskan tata ruang, rapikan izin, dan fokus pada manusia bukan hanya pabriknya.
- Penulis: puskapik




























