Menapak Jejak Mbah Sambung Yudha di Kabunan Pemalang
- calendar_month Jum, 14 Nov 2025


Mbah Lusin juga bercerita bahwa dahulu beberapa juru kunci yang bukan dari keturunan ayahnya ada yang menjadi gila atau meninggal. Hingga akhirnya datang wasiat.
“Dari Kraton Yogyakarta kesini bilang kalau juru kunci harus turunan dari juru kunci pertama, jadi dicarilah sampai akhir saya keturunan keempat dari bapak disini,” ujarnya.
Menurut penuturan Lusin, nama Sambung Yudha berasal dari dua kata. Sambung berarti menyambung, sementara Yudha berarti perang.
Julukan itu diberikan ketika ia menjadi panglima perang Majapahit dalam peperangan melawan Kerajaan Padjajaran.
Namun perang itu tak pernah menemukan pemenang. Konon, karena tidak ada yang kalah maupun menang, Sambung Yudha tak kembali ke Majapahit.
Ki Sambung Yudha memilih menetap di wilayah yang kini menjadi Pemalang dan kemudian dikenal sebagai salah satu patih setempat.
“Saya berharap masyarakat Pemalang bisa lebih mengenal sejarah terciptanya kabupaten ini, walaupun tidak berziarah setidaknya mereka ikut menjaga dan melestarikannya,” imbuh Lusin.
Versi Lain: Ki Sembungyuda dalam Naskah Jawa Klasik
Namun kisah tentang figur ini tak hanya satu. Dalam khazanah sastra Jawa klasik, muncul versi berbeda yang menyebut tokoh bernama Ki Sembungyuda.
Nama Ki Sembungyuda Pemalang muncul dalam Serat Kidungan karya Ki Ronggosutrasno yang diterbitkan tahun 1929 oleh Tan Gun Swi, Kediri.
Naskah itu merupakan salinan dari babon asli milik GKR Pembayun di Keraton Surakarta, dan berisi informasi yang ditulis pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono V.
- Penulis: Eriko Garda Demokrasi
- Editor: Nia




























