Permen Davos, Produk Legendaris sejak Tahun 1931, Masih “Semriwing” hingga Sekarang
- calendar_month Ming, 23 Nov 2025


Sebuah doa agar usaha ini selalu terlindungi dan berjalan dengan baik.
“Langgeng” berarti abadi, simbol harapan agar usaha ini bertahan.
Dua kata itu menyatu menjadi doa dan filosofi yang kini terbukti Davos tetap eksis hampir satu abad.
Pendiri permen Davos, Siem Kie Djian, menamai produknya dari kota Davos di Swiss, sebuah daerah berhawa sejuk. Nama itu dipilih untuk menggambarkan sensasi adem, sejuk, dan “semriwing” khas permen ini.
Kini perusahaan dipimpin oleh generasi ketiga, Budi Handojo Hardi, yang tetap mempertahankan resep turun-temurun tanpa perubahan signifikan.
Davos dikenal melalui kemasan biru tua dengan tulisan putih yang tak berubah sejak zaman dahulu.
Dalam satu bungkus berisi sepuluh permen putih bulat, padat, dengan komposisi klasik berupa gula, stearic acid, dextrin, gelatin, menthol, dan peppermint oil.
Kesederhanaannya justru menjadi identitas kuat yang sulit ditandingi produk modern.
Pada era 90-an, Davos sempat mengeluarkan varian kotak kecil berisi tablet.
Generasi yang tumbuh di masa itu pasti ingat bagaimana kotak kecil tersebut bisa dijadikan “sempritan dadakan” menambah panjang daftar nostalgia yang melekat pada permen ini.
Bagi masyarakat yang hidup di era 90an, Davos lebih dari sekadar permen. Para petani membawanya sebagai teman saat bekerja di sawah.
Ketika musim haji tiba, permintaan permen Davos meningkat karena jamaah menjadikannya bekal perjalanan panjang ke Tanah Suci.
Loyalitas Konsumen
Meski tanpa iklan modern, Davos tetap laris manis bukti bahwa kualitas dan loyalitas konsumen tak pernah lekang.
- Penulis: Guntur
- Editor: dwa




























