Warma Pi’an, Warung Legendaris di Sisi Utara Stasiun Tegal : Dari Gerobak 1925 hingga Generasi Ketiga
- calendar_month Sab, 29 Nov 2025


TEGAL, puskapik.com – Di balik deru kereta dan ritme kota, sebuah warung kecil di sisi utara Stasiun Tegal menahan waktu.
Warma Pi’an yang lahir dari gerobak dorong pada 1925, masih berdiri, menyajikan nasi lengko, sop hangat dan cerita yang tak lekang oleh zaman.
Kini warung itu dikelola generasi ketiga, Budi Santoso dan Budi Raharjo, yang tetap menjaga resep dan tradisi sambil menambah sedikit variasi menu.
Sejarah Warma Pi’an bermula ketika Danying, sang nenek, berjualan dengan gerobak di depan Stasiun Tegal pada 1925. Setahun kemudian suaminya, Nurachman, ikut membantu.
Karena aturan perusahaan tempat Nurachman bekerja (PT KAI), mereka tidak lagi diperbolehkan mangkal persis di depan pintu stasiun dan bergeser ke sisi utara, menempati tanah eigendom sekitar 30 meter dari pintu utama.
Generasi keluarga menorehkan jejak panjang, Nurachman wafat pada 1979 dan satu nama keluarga yang sempat dikenal pelanggan, Rapian, meninggal pada 2015.
Saat ini benang keluarga itu dipegang oleh Budi dan Harjo, dengan regenerasi yang melibatkan keponakan dan anak-cucu keluarga.
Peralihan nama menjadi Warma Pi’an terjadi bukan karena pemilik bernama Pi’an, melainkan penggunaan bahasa sehari-hari para pelajar sekolah Tionghoa di Jalan Setiabudi pada era 1950-an.
Kebiasaan mereka menunggu dan berkumpul di warung membuat ungkapan, “Ketemu di warma pi’an aja,” menjadi lumrah dan nama itu melekat.
Seiring waktu, Warma Pi’an berfungsi lebih dari sekadar tempat makan, jadi titik temu untuk bertukar informasi antarkota, Tegal, Brebes, Pemalang, Slawi hingga muncul julukan lingkupnya sebagai “warung pusat informasi anda”.
- Penulis: Muchammad
- Editor: Nia




























