Warma Pi’an, Warung Legendaris di Sisi Utara Stasiun Tegal : Dari Gerobak 1925 hingga Generasi Ketiga
- calendar_month Sab, 29 Nov 2025


“Dulu mereka janjian, ‘ketemu di warma pi’an, ya’… lama-lama jadi nama,” kata Budi, menceritakan asal-usul julukan tersebut kepada puskapik.com, Jumat 28 November 2025.
Kekuatan Warma Pi’an terletak pada resep yang konsisten. Dua menu andalan yang selalu laris adalah nasi lengko dan nasi sop.
Nasi lengko hidangan khas Pantura, disajikan dengan komposisi sederhana namun kaya rasa.
Nasi putih ditumpuk dengan potongan tahu goreng, tauge rebus, irisan timun, siraman bumbu kacang pekat, kecap manis dan taburan bawang goreng.
Sederhana, tetapi jadi magnet nostalgia bagi banyak pelanggan.
Nasi sop hadir sebagai pilihan hangat bergaya rumahan. Kuah bening dengan isian sayur dan daging, cocok untuk dinikmati saat pagi atau siang.
Harga di Warma Pi’an masih terbilang ramah, nasi lengko Rp 15.000 dan nasi sop Rp 20.000.
Selain itu, warung kecil ini juga menawarkan menu lain yang ditambahkan sejak generasi ketiga mengambil alih, seperti tongseng kambing, gulai kambing, sate kambing, nasi sauto, capcay, cah tahu, mie wa serta aneka minuman seperti teh poci, jeruk murni, STMJ hingga kopi.
Warma Pi’an bukan hanya menarik penduduk lokal. Berkat hubungan eratnya dengan komunitas Tionghoa setempat, banyak alumni sekolah yang kini berdomisili di luar negeri tetap menyempatkan singgah saat pulang kampung.
Budi menyebut salah satu pelanggan terjauh berasal dari Amerika, bukti bahwa rasa dan kenangan mampu menyeberangi samudra.
Momentum paling ramai biasanya jatuh saat Cap Go Meh (sepuluh hari pasca Imlek), ketika pelanggan yang kembali ke kampung halaman mampir untuk bernostalgia sambil menikmati nasi lengko dan secangkir teh poci.
- Penulis: Muchammad
- Editor: Nia




























