Warma Pi’an, Warung Legendaris di Sisi Utara Stasiun Tegal : Dari Gerobak 1925 hingga Generasi Ketiga
- calendar_month Sab, 29 Nov 2025


Sejak dikelola generasi ketiga, fokus Warma Pi’an bukan sekadar mempertahankan resep, tetapi juga meningkatkan aspek kebersihan dan komunikasi dengan pelanggan.
“Penyesuaian sekarang bagaimana menjaga kebersihan, menjaga kualitas rasa, menjalin komunikasi dengan pelanggan, baik pelanggan baru maupun lama,” ujar Budi.
Buka setiap hari dari 07.00-16.00 WIB, Warma Pi’an hanya tutup penuh selama bulan Ramadan.
Kebijakan ini dipilih sebagai bentuk penghormatan sekaligus kebutuhan istirahat keluarga pengelola.
Menyongsong usia yang hampir mencapai satu abad, keluarga Warma Pi’an berencana menggelar kegiatan sunat massal sebagai wujud rasa syukur dan pengabdian kepada masyarakat.
Rencana ini mencerminkan filosofi warung yang tak sekadar mencari untung, tapi juga memberi kembali kepada komunitas.
Meneruskan usaha keluarga ternyata penuh warna. Menurut Budi, kebahagiaan datang dari mudahnya menjaga relasi lama, pelanggan yang sudah akrab, teman-teman lama dan rasa saling kenal yang terbentuk selama puluhan tahun.
Namun tantangan terbesar adalah mempertahankan warung, menjaga konsistensi rasa, pelayanan dan relevansi di tengah persaingan kuliner modern.
“Dukanya, mempertahankan itu lebih sulit daripada membangun,” kata Budi.
Meski begitu, dengan adanya minat dari generasi penerus keluarga, Warma Pi’an diyakini akan tetap hidup.
Meski banyak permintaan agar Warma Pi’an membuka cabang, keluarga memilih untuk tetap satu lokasi.
Alasan utamanya klasik, menjaga kualitas, mempertahankan keaslian dan merawat nilai sejarah yang melekat pada tempat itu.
- Penulis: Muchammad
- Editor: Nia




























