Galuhtimur, Desa di Brebes dengan Jejak Tiga Zaman
- calendar_month 2 jam yang lalu


BREBES, puskapik.com — Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, menyimpan jejak sejarah dari tiga zaman berbeda.
Mulai dari fosil purba yang tersembunyi di dalam tanah, candi kuno yang hidup dalam cerita turun-temurun, hingga jembatan peninggalan kolonial yang masih kokoh dilintasi kereta api hingga kini.
Berikut jejak tiga zaman yang ditemukan di Desa Galuhtimur:
1. Jejak Prasejarah di Kawasan Situs Bumiayu
Jejak paling awal di Galuhtimur berasal dari masa prasejarah. Desa ini termasuk dalam kawasan Situs Bumiayu, salah satu situs purbakala terpenting di Pulau Jawa.
Di wilayah ini, warga kerap menemukan fosil hewan purba secara tidak sengaja, baik berupa fragmen tulang maupun fosil berukuran besar seperti gajah purba. Temuan tersebut tersebar di sejumlah titik di Galuhtimur dan desa-desa sekitarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, penemuan fosil semakin masif seiring hadirnya kelompok pelestari fosil Buton yang kini tergabung dalam Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis. Sebagian fosil disimpan dan dipamerkan di Museum Purbakala Bumiayu, sementara sebagian lainnya masih berada di rumah warga.
Banyaknya temuan fosil tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Brebes membangun Museum Purbakala di Desa Galuhtimur yang direncanakan mulai beroperasi pada awal 2026.
2. Candi Gagang Golok, Tinggalan Masa Sejarah
Selain fosil purba, Galuhtimur juga memiliki tinggalan masa sejarah berupa struktur bangunan candi yang dikenal dengan nama Candi Gagang Golok.
Struktur yang ditemukan meliputi 12 umpak, arca Dwarapala, dan makara. Berdasarkan penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta, bangunan tersebut berasal dari masa sebelum Hindu. Awalnya berupa punden, kemudian pada abad ke-7 hingga ke-8 berkembang menjadi bangunan candi.
Bangunan yang ditemukan diduga merupakan bagian utama candi beserta halaman. Di pintu masuk terdapat dua arca Dwarapala, meski hingga kini baru satu yang berhasil ditemukan. Di bagian tengah candi juga terdapat sebuah sumur yang bagian atasnya ditutup arca dan diduga berkaitan dengan aktivitas pemujaan.
Bagi warga setempat, Candi Gagang Golok tidak hanya dipandang sebagai situs arkeologi, tetapi juga bagian dari sejarah lokal yang hidup dalam cerita turun-temurun.
- Penulis: Bowo
- Editor: Nia
















