Jadi Sudut Estetik di City Walk Pemalang, Begini Sejarah Gedung Pegadaian
- calendar_month 12 jam yang lalu


“Saat itu dibuka juga lowongan pekerjaan bagian pelayanan pegadaian Pemalang dengan minimal pendidikan setingkat Hogere Burgerschool (sekolah menengah umum zaman Hindia Belanda setara SMP-SMA).” tutur Dhiana Putry Larasaty.
Pada masa kolonial, masyarakat Pemalang semakin terbantu dengan adanya pegadaian. Terutama saat hasil pertanian dan perkebunannya menurun drastis dan mereka tidak dapat mengandalkan pinjaman Bank Rakyat dan renterir.
“Maka mereka lebih memilih menggadaikan barang ke pegadaian.” ungkap Dhiana Putry Larasaty.
Pada masa Jepang pegadaian tetap beroperasi dengan terbatas. Bahkan sempat menjadi tempat beribadat saat masa revolusi kemerdekaan atau saat tahanan interniran warga Eropa dibebaskan oleh Jepang.
“Jadi saat itu para pastor dan suster
melaksanakan ibadat secara berpindah dari rumah penduduk, kantor pos hingga kemudian di kantor pegadaian.” jelasnya.
Pada 1952 pegadaian sempat mengalami masa sulit karena sektor ekonomi lain belum berjalan normal hingga minat masyarakat membeli barang lelang tidak banyak. Akibatnya negara lah yang membelinya sendiri.
“Tercatat ada sekitar 4.007 lembar barang tekstil yang tidak terjual di Pegadaian Pemalang.” ungkap Dhiana Putry Larasaty.
Setelah perjalanan panjang itu, Pegadaian Pemalang kemudian berpindah ke bangunan baru berkisar tahun 1993. Bangunan lama itu pun lama tidak difungsikan. Beberapa sudut bangunannya tampak mengalami kerusakan.
Pantauan puskapik.com, Senin 15 Desember 2025, gedung tua Pegadaian Pemalang tersebut tampak dilakukan perbaikan dengan pengecatan ulang untuk menjaga keindahan pemandangan di City Walk Pemalang. **
- Penulis: Eriko Garda Demokrasi
- Editor: Nia
















