Narasi Fiksi Manusia dan Algoritma Alam
- calendar_month 1 jam yang lalu


Penulis : Iqbaal Harits Maulana, Sekretaris Pusat Kajian Origami Nusantara, Tinggal di Brebes
puskapik.com – Di bawah langit yang kian muram oleh jelaga industri, kita sering kali berdiri terpaku, merasa seperti butiran pasir yang terombang-ambing dalam badai sejarah yang tak terkendali.
Kita bertanya-tanya, bagaimanakah spesies yang mampu membedah atom dan memetakan bintang bisa begitu ceroboh hingga menghancurkan satu-satunya rumah yang ia miliki?
Mungkin jawabannya tidak terletak pada kurangnya empati, melainkan pada kerusakan “perangkat lunak” cara kita berpikir.
Selama ribuan tahun, kita mengandalkan intuisi dan mitos untuk bertahan hidup, namun di hadapan krisis ekologi global yang presisi, perasaan saja tidak lagi cukup.
Kita memerlukan cara baru untuk memandang realitas, sebuah kejernihan yang mampu menembus kabut bias dan keserakahan, agar setiap langkah yang kita ambil bukan lagi sekadar spekulasi, melainkan sebuah kepastian untuk tetap ada.
Bayangkan dunia sebagai sebuah anyaman benang yang sangat rumit, di mana setiap tarikan benang di satu ujung dapat mengubah bentuk pola di ujung lainnya.
Dalam sejarah panjang manusia yang dituliskan oleh Yuval Noah Harari, kita memahami bahwa keunggulan spesies kita bukan terletak pada kekuatan fisik, melainkan pada kemampuan kita untuk menenun cerita kolektif.
Namun, saat ini kita sedang memasuki babak baru di mana cerita tersebut tidak lagi hanya ditulis oleh manusia melalui ideologi, melainkan oleh algoritma.
Harari mengingatkan bahwa manusia adalah spesies yang dikendalikan oleh algoritma, baik biologis maupun digital.
- Penulis: Redaksi
- Editor: dwa














