Kolaborasi Sunyi yang Menggerakkan Jawa Tengah
- calendar_month 2 jam yang lalu


Beberapa program unggulan lahir dari skema ini. Universitas Diponegoro (Undip), misalnya, mengembangkan program desalinasi untuk mengolah air payau menjadi air siap minum bagi masyarakat pesisir.
Di Kudus, mahasiswa KKN dilibatkan dalam pengawasan RTLH yang diluncurkan langsung Gubernur Ahmad Luthfi. Penanganan stunting, cek kesehatan gratis, hingga pelayanan Speling dijalankan bersama sejumlah kampus.
“Manfaatnya besar. Pemerintah Provinsi Jateng dengan masing-masing perguruan tinggi sudah memiliki tujuan saling memberikan kemanfaatan,” kata Wahid.
Menurutnya, Pemprov mendapat keuntungan besar, yakni dukungan tenaga ahli dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kebijakan.
Selain itu, program bisa dipetakan berdasarkan wilayah dan kompetensi kampus. Masalah stunting di Banyumas, misalnya, ditangani Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).
Persoalan Wonogiri dan Sragen diserahkan ke Universitas Sebelas Maret (UNS). Di tengah keterbatasan anggaran, kolaborasi ini menjadi solusi yang efisien.
Gus Yasin menegaskan, kerja sama dengan kampus bukan formalitas MoU belaka. Yang dibangun adalah kerja tematik untuk mengawal pembangunan desa, pertanian, UMKM, kesehatan, hingga air bersih.
“Tahun 2025 kita gandeng 44 kampus. Tahun berikutnya, semua perguruan tinggi di Jawa Tengah akan kita libatkan,” katanya.
Langkah ini bahkan mendapat apresiasi dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Menurutnya, kolaborasi pemerintah daerah dan kampus adalah cara cerdas memastikan kebijakan publik tidak lahir dari intuisi semata.
- Penulis: Setiawan
- Editor: Nia























