Dari Limbah Logam di Tegal, Edi Waluyo Menempa Karya Seni Bernilai Ratusan Juta
- calendar_month 2 jam yang lalu


Sebelumnya, Edi sempat menjalankan bisnis oleh-oleh khas Tegal yang dijajakan kepada pengguna jalan tol. Pandemi membuat usaha itu gulung tikar.
Dalam kondisi terjepit kebutuhan, Edi bekerja selama tiga bulan di proyek pembangunan.
Dari sanalah Edi belajar mengelas secara otodidak. Ketertarikannya pada seni sejak kecil kemudian dipadukan dengan keterampilan teknis tersebut.
Pada awalnya, produk El Art masih murni seni. Namun Edi mengaku kebingungan menentukan arah pasar.
Masukan dari rekan-rekannya membuat Edi beralih ke seni terapan, karya yang tidak hanya artistik, tetapi juga memiliki fungsi. Perubahan orientasi itu menjadi titik balik perjalanan El Art.
Seiring waktu, produk El Art mulai dilirik berbagai pihak, termasuk kementerian.
Tahun 2022, El Art berhasil masuk sebagai finalis Apresiasi Kreasi Indonesia atau AKI yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Masih di tahun yang sama, Edi juga meraih Juara 2 Kriya Logam Upcycle dari Kementerian Perindustrian.
Keikutsertaan dalam berbagai pameran membuat jejaring El Art semakin luas dan namanya kian dikenal di tingkat nasional.
Perjalanan El Art semakin matang setelah Edi bergabung sebagai UMKM binaan Bank Indonesia Tegal pada 2022.
Pendampingan yang diterimanya meliputi manajemen usaha, literasi keuangan hingga perluasan jaringan bisnis.
Salah satu kendala utama Edi sejak awal adalah keterbatasan alat produksi.
Solusi datang ketika Edi dikenalkan dengan Koperasi Tegal Manufaktur Indonesia atau TMI, mitra BI Tegal, di kawasan Lingkungan Industri Kecil atau LIK Takaru.
- Penulis: Muchammad
- Editor: Nia























