Dari Limbah Logam di Tegal, Edi Waluyo Menempa Karya Seni Bernilai Ratusan Juta
- calendar_month 2 jam yang lalu


Melalui TMI, Edi dapat memanfaatkan peralatan manufaktur untuk memenuhi pesanan berskala besar dan presisi tinggi.
Pesanan dari Bangladesh menjadi tonggak penting bagi El Art. Edi menerima order 1.800 unit jam berbahan plat logam dengan nilai mencapai sekitar Rp 700 juta.
Pengiriman dilakukan menggunakan kontainer, menjadi ekspor berskala besar pertama bagi El Art.
Sebelumnya, El Art telah melakukan ekspor dalam jumlah kecil.
Pesanan ini menjadi lompatan besar sekaligus pembuktian bahwa produk kriya logam asal Tegal mampu bersaing di pasar global.
Meski demikian, perjalanan El Art tidak selalu berjalan mulus.
Pada akhir 2023, Edi sempat mengalami kerugian akibat pesanan replika senapan semi militer yang akhirnya dikembalikan oleh pembeli.
Dari peristiwa itu, Edi belajar pentingnya manajemen bisnis.
Melalui pendampingan Bank Indonesia, ia mulai menerapkan sistem down payment atau DP, memperbaiki pengelolaan keuangan serta memahami pentingnya proses onboarding klien.
Produk pertama yang mengangkat nama El Art adalah miniatur Vespa berbahan limbah suku cadang motor.
Karya inilah yang mengantarkan Edi lolos ke berbagai program nasional.
Sementara karya yang paling membanggakan bagi Edi yakni Rotating Gear Clock atau RGC.
Jam ini menggunakan gear motor yang benar-benar berfungsi tanpa mengganggu mekanisme jarum jam.
Proses observasi memakan waktu sekitar enam bulan dan penyempurnaan hingga satu tahun.
RGC dijual seharga Rp 2,1 juta untuk pasar domestik dan dua kali lipat untuk pasar global.
Produk ini telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual atau HKI, bersama produk Owl Clock yang dibanderol Rp 380 ribu.
- Penulis: Muchammad
- Editor: Nia























