PUSKAPIK.COM, Batang – Jangan pandang sepele kasus demam berdarah yang masih sering terjadi di Kabupaten Batang. Data Dinas Kesehatan menyebut, 351 kasus DBD terjadi sejak Januari hingga April 2020 dan merenggut tiga korban jiwa.
Wakil Ketua DPRD Batang Junaenah mendesak Dinkes maupun Puskesmas segera melakukan tindakan nyata untuk menanggulangi merebaknya kasus demam berdarah. “Jangan pandang remeh kasus demam berdarah. Menurut saya, ini malah sudah darurat. Pemkab Batang atau Dinkes dan Puskesmas harus segera bertindak. Apalagi sudah ada korban jiwa warga kita. Ini tak boleh terus terulang. Dinkes Batang cobalah lakukan terobosan,” kata Junaenah.
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Batang ini mengaku prihatin dengan adanya korban jiwa akibat demam berdarah di Kecamatan Batang. “Saya ajak warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk,” kata Junaenah.
Baca Juga
Sebelumnya, seorang anak lelaki bernama Muhammad Ghufron (7), warga Kepuh, RT 1/RW V Proyonanggan Selatan meninggal dunia pada 22 Maret 2020. Muhammad Ghufron merupakan santri di TPQ Nur Aliyah Bangunsari Timur, Proyonanggan. Ghufron menderita demam berdarah dan sempat dirawat di RSUD Batang tapi kemudian meninggal dunia.
Kemudian, Saefudin Ridho (9), warga Desa Klidang Wetan, Kecamatan Batang juga meninggal dunia pada Rabu (15/4) karena demam berdarah. Saefudin Ridho sempat dirawat di RS QIM Batang dan RS Siti Khodijah Kota Pekalongan.
“Kalau Muhammad Ghufron itu santri saya. Sedangkan Saefudin Ridho itu cucu saya sendiri. Saefudin Ridho meninggal Rabu (15/4/2020) petang. Tadi sudah dimakamkan,” kata Kunanto, warga Kepuh RT 01/RW V Proyonanggan Selatan.
Sementara itu, kasus demam berdarah juga terjadi di Perumahan Pisma Griya Asri Desa Denasri Wetan, Kecamatan Batang. Serangan nyamuk Aedes aegypti membuat tiga warga RT 7/RW 1 Perum Pisma Griya Asri terjangkit DBD. “Ada tiga warga kami yang terkena DBD. Sudah dirawat di RS dan kami sudah laporkan ke Kades Denasri Wetan, Puskesmas Batang serta Dinkes Batang. Dan ada satu anak balita yang sakit panas tinggi,” kata Ketua RT 7/RW 1, Rinto Nugroho.
Meski sudah melaporkan ke Kades Denasri Wetan Amat Abdullah dan ke Puskesmas Batang sejak 2 April 2020, tapi belum tampak tindakan apapun dari petugas instansi berwenang. Sehingga pada Selasa (14/4), warga juga melapor ke Dinkes Batang. Warga berharap Dinkes segera melakukan fogging karena sudah ada tiga warga di satu RT yang terjangkit DBD.
Sementara itu, menghadapi wabah DBD, warga RT 7/RW 1 menggiatkan kebersihan di lingkungan masing masing. “Kami ajak semua warga gotong-royong, bersih-bersih di rumah masing-masing, di kebun kosong atau rumah kosong untuk pemberantasan sarang nyamuk,” kata Rinto.
RT juga menggalang iuran swadaya, setiap keluarga Rp15.000 untuk membuat alat semprot dan melakukan fogging secara swadaya.
Sementara itu, sesuai data Dinkes Batang, sejak Januari hingga 10 April 2020, ada 351 laporan kasus demam berdarah yang masuk. Setelah dicek, sedikitnya ada 179 pasien positif DBD. Yang memprihatinkan, sudah ada tiga anak yang meninggal dunia karena DBD. “Sampai 10 April 2020, sudah ada tiga anak yang meninggal dunia karena demam berdarah,” kata Kadinkes Batang Muhlasin didampingi Kasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM), Farikhun Asror.
Muhlasin meminta warga Kabupaten Batang waspada dan menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk. Dia mengatakan, kemungkinan belum semua korban demam berdarah dilaporkan ke Puskesmas ataupun Dinkes Batang, baik pasien yang dirawat di RS maupun yang sudah meninggal dunia.
Kontributor: Suryo Sukarno
Editor: Faisal M
Baca Juga