PUSKAPIK.COM Pemalang – Kuliner khas Lebaran banyak jenisnya. Di Pemalang ada amprut atau biasa juga disebut sagon, menjadi kue khas Pemalang saat Lebaran.
Amprut merupakan jajanan yang terbuat dari tepung ketan dan kelapa ditambah pemanis gula asli. Makanan yang ada saat Lebaran itu juga memiliki makna yang dalam.
Amprut dimakan sebelum sungkem meminta maaf kepada orang tua, atau orang yang dituakan. Amprut atau sagon mempunyai filosofi yang dalam, karena makan sagon butuh keseriusan. Saat menyampaikan permohonan maaf jangan main–main, sebab bisa tersedak.
Baca Juga
Amprut juga untuk menggambarkan sopan santun. Makan amprut harus fokus dan tidak bisa sambil main-main, di situlah keindahannya.
Salah satu yang masih setia melesarikan membuat makanan unik dan enak ini adalah Titi Faryanti. Dia membuka toko cemilan, oleh- oleh khas Pemalang amprut itu, di Perumahan Sugihwaras, Pemalang.
“Saya memang ingin melestarikan makanan yang sudah mulai langka ini. Membuat makanan ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian tersendiri. Bahan parutan kelapa disangrai hingga kering, sekitar 1 – 1,5 jam. Tepung beras ketan juga disangrai secara terpisah, selama sekira 1-1,5 jam,” kata Yanti, Senin 18 Mei 2020.
Setelah benar-benar matang, kedua adonan dicampur dan diberi gula serta sedikit garam dapur. “Makanan yang sudah dicampur dan berupa serbuk ini kemudian dikemas menggunakan tempat khusus toples, dengan berat sekitar seperempat ( ¼ ) kilo gram,†jelasnya .
Perbandingan bahan baku amprut adalah, 1 Kg beras ketan, satu butir kelapa, 0,5 Kg gula pasir, 7 gram garam dapur. “Bahan baku banyak, namun yang membuat, sekarang sudah makin langka. Kami menjual makanan ini setiap toples isi seperempat Kg, Rp 20 ribu,†ujar Yanti.
Disebutkan, makanan khas ini sekarang mulai banyak menjadi buruan warga yang hendak ke luar kota atau mereka yang pulang kampung untuk oleh-oleh atau dinikmati sendiri .
“Sekarang Alhamdulillah mulai banyak peminat lagi. Pembeli biasanya dari berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang. Bahkan luar Jawa seperti Lampung, Medan, Makasar dan lainnya memesan makanan yang bisa bertahan enam bulan ini,” jelasnya.
Kontributor : Suryo Sukarno
Editor : Amin Nurrokhman
Baca Juga