Inovasi Padi Apung di Kota Pekalongan Berhasil Dipanen

FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

PUSKAPIK.COM, Pekalongan – Atas inisiatif Tim Penggerak PKK Kota Pekalongan, pengembangan padi apung yang diujicobakan di kawasan banjir atau rob, berhasil dipanen dan mendapat apresiasi dari Pemkot Pekalongan, Jumat 29 Mei 2020.

Padi apung yang diujicobakan tersebut secara simbolis dipanen oleh Walikota Pekalongan, Saelany Machfudz, didampingi Ketua TP PKK Kota Pekalongan Hj Khusnul Khotimah dan pengurus TP PKK lainnya.

Usai memanen padi apung, Saelany mengungkapkan, inovasi padi apung bisa dikembangkan di wilayah yang tergenang banjir atau rob.

Baca Juga

Loading RSS Feed

“Metode ini sangat mungkin dikembangkan di beberapa wilayah Kota Pekalongan khususnya di wilayah yang tergenang banjir rob seperti di Pekalongan Utara,” kata Saelany, Jumat 29 Mei 2020.

Menurut Saelany, metode budidaya padi apung ini juga telah berhasil dikembangkan di berbagai daerah, tidak hanya Kota Pekalongan.

“Sehingga perlu kesiapan antara kelompok-kelompok tani yang ada di Kota Pekalongan untuk terus bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) dalam menerapkan dan terus mengembangkan budidaya padi apung ini ke depan,” jelas Saelany.

Sekretaris TP PKK Kota Pekalongan, Sri Wahyuni, menyebut, metode padi apung ini merupakan inovasi baru yang memiliki prospek cerah untuk terus dikembangkan di lahan-lahan pertanian terdampak rob.

“Kami harus adaptasi dengan iklim, sehingga kami mempunyai inisiatif dan inovasi bagaimana memanfaatkan lahan pertanian yang terkena rob untuk tetap bisa ditanami tanaman produktif demi menjaga ketahanan pangan,” ujar Yuni.

Yang membedakan dengan padi di tanam di sawah konvensioanal atau di atas tanah (apung) adalah hanya media tanamnya.

“Padi apung di tanam di atas rakit yang diberi sabut kelapa, jerami serta tanah. Rakit berfungsi agar lahan menjadi terapung, sehingga tidak terpengaruh oleh ketinggian banjir. Perbedaan lainnya pada saat panen, tanaman padi yang baru disabit tidak bisa langsung dirontokkan di tempat tersebut, akan tetapi harus dibawa ke darat. Padi apung ini dalam jangka waktu 100 hari bisa dipanen,” pungkas Yuni.

Kontributor : Suryo Sukarno
Editor : Amin Nurrokhman

Loading

Baca Juga

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!