Krisis Air, Petani Pekalongan Membuat Sumur Pantek

FOTO/PUSKAPIK/SURYO SUKARNO

PUSKAPIK.COM, Pekalngan – Kemarau berkepanjangan membuat lahan persawahan di Kabupaten Pekalongan. Padi sebagian besar telah panen sehingga lahan dibiarkan nganggur. Tanah sawah terlihat pecah- pecah karena tak ada air lagi.

Sebagian petani berusaha untuk tetap memanfaatkan lahan sawah miliknya. Mereka membuat sumur pantek atau sumur bor dilahan persawahan. Hal ini dilakukan agar bisa tetap mengolah lahannya. Lahan kering diairi dari sumur buatan ini sehingga bisa untuk menanam.

“Kami membuat sumur agar lahan tidak nganggur, dan kami tanami jagung. Ini agar lahan tidak terbengkelai dan bisa dimanfaatkan, ” kata Taryani salah satu petani di Sragi, Pekalongan, Jum’at 28 Agustus 2020.

Baca Juga

Loading RSS Feed

Dia membuat sumur pantek atau sumur bor dan kemduian disedot menggunakan mesin pompa air . Lahan padi diganti menjadi lahan jagung agar biaya lebih hemat serta kebutuhan air juga tidak banyak.

“Untuk membuat sumur pantek atau sumur bor berkisar Rp 1,5 juta ditambah mesin pompa sekitar Rp 5 juta. Untuk operasional pompa setiap penyedotan dibutuhkan bbm, bensin pertalite, sekitar Rp 250 ribu. Namun bisa juga sewa mesin sktr 8 jam Rp 200 ribu , “jelas Ahmad ketua Kelompok Tani Makmur.

Selama masa tanam, sekitar seminggu dua sampai 3 kali penyiraman selama tiga bulan.

“Sebenarnya biaya lahan saat kemarau ini juga cukup tinggi, namun kami tetap melakukan penanaman karena untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari,” ujarnya.

Namun bagi petani yang kesulitan modal, mereka membiararkan saja lahan mengering tak ada tanaman sama sekali. Irigasi dari bendungan sudah tidak mengalir karena air sungai juga sudah mengering.

Kontributor : Suryo Sukarno
Editor : Amin Nurrokhman

Loading

Baca Juga

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!