PUSKAPIK.COM, Kota Pekalongan – Umat Tri Dharma di Kota Pekalongan memperingati Upacara Sembahyang Cioko atau Sembahyang Perebutan yang jatuh pada bulan 7 Imlek tanggal 15 di Kelenteng Po An Thian, Jalan Blimbing 3-7 Kota Pekalongan, Rabu, 2 September 2020. Sembahyang Cioko untuk memberi sesaji kepada arwah para leluhur yang tidak terurus ini digelar secara sederhana karena masih adanya Covid-19.
“Sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19 dan mengikuti protokol kesehatan maka untuk Chit Gwee Phoa 2571/2020, Sembahyang Rebutan diadakan secara sedarhana (tidak memakai panggung) dan tidak diperebutkan,” kata Ketua Yayasan Kelenteng Po An Thian, Heru Wibawanto Nugroho saat ditemui di Kelenteng Po An Thian.
Disampaikan Heru, pihaknya juga tidak melakukan pembagian beras secara umum. Pembagian beras dilakukan di panti asuhan. “Meskipun di tengah pandemi Sembahyang Cioko tetap kami gelar. Menurut kepercaayaan kami, arwah-arwah diberi kebebasan pada tanggal 15 bulan 7 Imlek,” kata Heru.
Menurutnya, tanggal tersebut pintu neraka dibuka sehingga sembahyangan ini dilakukan untuk memberi makan arwah yang tidak terurus agar aman dan tidak mengganggu. “Dengan memberi sedekah pada arwah yang tidak terurus ini tidak memandang etnis dan agama apapun. Kami sajikan untuk mereka yang sudah meninggal dan tidak terurus oleh ahli warisnya,” kata Heru.
Bentuk ritual dari sembahyang ini adalah dengan mengirimkan replika uang, baju, sandal, perhiasan, sepeda motor, dan sebagainya yang semuanya terbuat dari kertas kepada arwah-arwah tersebut dengan cara dibakar. “Nantinya barang-barang yang dibakar tersebut bisa digunakan bekal para arwah di alamnya, melalui ritual sembahyang rebutan. Selain menjadi tenang, dengan berbagai sesaji yang diberikan agar sang arwah mempunyai bekal di alamnya,” ujar Heru.
Kontributor: Suryo Sukarno
Editor: Faisal M
Berita Lainnya :
