PUSKAPIK.COM, Pemalang – Manajer klub Persatuan Sepak Bola Indonesia Pemalang (PSIP), Taufik Hidayatullah menyambangi kediaman almarhum Sarifudin (26), korban meninggal akibat bentrok suporter dalam laga semifinal Liga 3 Askab PSSI Pemalang. Kedatangan Taufik bersama Ketua Panitia Penyelenggara Liga 3 Askab PSSI Pemalang Bambang Wiguno ditemui
ibunda Sarifudin, Darsini (60) serta kerabat di Desa Banjarmulya.
Hal ini diketahui dari unggahan video
Beredar video di media sosial fanspage Facebook @Headline news Pemalang. Taufik dan rombongan memberikan santunan.
Baca Juga
“Bu ini bentuk kepedulian dari kami, dari para panitia panpel Askab Kabupaten Pemalang. Sak wontene nggih Bu, kulo nderek ndonga mugi-mugi almarhum diampuni dosane, diterima Allah SWT,” kata Taufik dikutip dari video, Jumat, 7 Januari 2022.
Taufik Hidayatullah mengatakan, sejatinya ia sebagai manajer klub PSIP tak ada kaitannya dengan insiden bentrok suporter. Namun Taufik mengaku sangat peduli dengan keluarga almarhum Sarifudin.
“Karena ini adalah insan sepak bola, mas Sarifudin ini luar biasa almarhum ini, bangga banget dengan persepakbolaan Pemalang,” katanya.
Namun dalam keterangannya, Taufik ikut menampik tudingan panitia Liga 3 Askab PSSI Pemalang tidak bertanggung jawab dalam mengurus perawatan almarhum Sarifudin di rumah sakit.
“Gimana tidak bertanggung jawab, wong orang baru kejadian itu diantar ke rumah sakit, ditungguin di rumah sakit, kita yang ngebel (nelpon) ke Semarang, Purwokerto, semua kosong. Lalu ke Semarang, diantar Mas Bambang selaku Askab,” katanya.
Taufik Hidayatullah khawatir, pemberitaan mengenai insiden maut di semifinal Liga 3 Askab PSSI Pemalang menimbulkan prasangka buruk kepada Bupati Pemalang Mukti Agung Wibowo. Sebab bupati merupakan Ketua Askab PSSI Pemalang.
“Maka janganlah semua saja, para wartawan, para media, teman-teman saya semuanya, tolong jangan diplintir. Karena opini di luar itu, kalau ada plintiran-plintiran kaya gitu bisa menjadikan tidak baik, su’udzon terhadap Bupati kita, saya tidak ingin yang seperti itu,” katanya.
Lebih lanjut, Taufik juga ikut menampik adanya penjualan karcis dalam Liga 3 Askab PSSI Pemalang. Dalam laga 12 besar para ofisial tim meminta agar pertandingan digelar di Stadion Mochtar yang kemudian menjadi kesepakatan 12 klub.
“Setelah itu pihak panpel ngomong, Stadion Mochtar itu kan nyewa. Kemudian ya untuk mbayar itu dananya enggak ada bagaimana, wes nanti pada iyuran pada apa, nah itu kesepakatan bersama,” katanya.
Menurut Taufik, insiden di semifinal Liga 3 Askab PSSI Pemalang pada Selasa 28 Desember 2021 hanya bentuk kelalaian saja. Ia meminta kepada panitia pelaksana agar kedepannya meminta izin kepolisian saat menggelar kegiatan.
“Saya yakin kemarin mungkin kepolisian tersinggung, saya mewakili teman-teman saya mohon maaf beribu maaf, kepada pak polisi semua mohon maaf atas kelalaian ini,” kata Taufik bersama Panitia Liga 3 Askab PSSI Pemalang.
Sebelumnya, kepada Puskapik.com ketua ofisial tim Perselo FC (Banjarmulya), Fatkhu Rozaq (28) menuturkan, dalam Liga 3 Askab PSSI Pemalang panitia memang memberi ketentuan suporter dibatasi 150 orang per klub.
“Awalnya itu dibatasi 150 orang. Harga tiket pas 12 sama 8 besar itu Rp10.000, terus pas semifinal panitia naikin Rp12.000, rencananya final itu Rp15.000,” katanya.
Fathurozaq mengatakan, untuk mengukur kedatangan suporter, tiket diserahkan ke masing-masing ofisial tim. Tetapi, pada laga semifinal panitia membebaskan jumlah penonton tiap klub.
“Malah panitia membebaskan sebebas-bebasnya, sebanyak-banyaknya penonton. Cuma kita ya tetap membatasi, karena kita tahu kalau banyak massa, sudah ada sejarah perkelahian Lobongkok (Banjarmulya) vs Kramat, takut juga,” katanya.
Penulis: Eriko Garda Demokrasi
Editor: Faisal M
Baca Juga