PUSKAPIK.COM, Pekalongan – Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional dan Hari Wayang Dunia Tahun 2024, Pemerintah Kota Pekalongan bersama Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Pekalongan serta berkolaborasi bersama Paguyuban Kebersihan Ketertiban dan Keamanan (K3) menghelat pagelaran wayang kulit yang digelar di Jalan Slamaran Raya Perumahan Slamaran Indah, Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.
Pagelaran wayang kulit ini dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, diantaranya Ketua PEPADI Kota Pekalongan, Dipoyono, Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Kota Pekalongan, Muadi, Anggota DPRD Kota Pekalongan, Seno Prafitri Adi, Camat Pekalongan Utara, Wismo Aditiyo, Lurah Krapyak, Banar Budi Raharjo, segenap tokoh masyarakat Perumahan Slamaran Indah serta masyarakat Kota Pekalongan yang antusias menyaksikan acara tersebut.
Pagelaran wayang ini pun seketika menjadi magnet hiburan gratis bagi masyarakat sekitar, baik warga Slamaran maupun di luar wilayah Slamaran. Baik kalangan anak muda, dewasa hingga anak-anak berbondong-bondong memadati area pagelaran wayang tersebut.
Ketua PEPADI Kota Pekalongan, Dipoyono mengungkapkan bahwa, pagelaran wayang ini menampilkan dalang ternama asal Kota Pekalongan, Ki Wiwit Sri Kuncoro, yang membawakan lakon Gathotkaca Winisudo. Cerita ini mengisahkan asal usul Gathotkaca hingga menjadi seorang Raja di kerajaan Pringgondani yang sarat akan nilai-nilai kepahlawanan, kejujuran, dan pengorbanan, yang relevan dengan kehidupan masyarakat modern.
Baca Juga
“Alhamdulillah pelaksanaan pagelaran wayang kulit ini bisa terlaksana dengan meriah dan mendapatkan antusias tinggi dari masyarakat baik untuk menonton maupun bergotong-royong dalam menyukseskan pementasan wayang kulit ini,”ucapnya.
Menurutnya, acara ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya tradisional agar seni wayang tetap hidup di tengah arus modernisasi. Mengingat, wayang kulit adalah warisan budaya yang diakui dunia. Pihaknya mendorong agar Pemerintah Kota Pekalongan terus memperhatikan seni dan tradisi lokal seperti wayang kulit ini dan mengajak masyarakat agar tetap mencintai budaya sendiri.
” Melalui acara ini, kami ingin mengenalkan dan menanamkan kecintaan terhadap seni wayang, terutama kepada generasi muda,” ujarnya.
Dipoyono menambahkan, dalam melestarikan budaya lokal ini, PEPADI berkomitmen dan terus berupaya dalam melakukan pembinaan kepada pegiat seni dan tradisi lokal Kota Pekalongan di sanggar-sanggaŕ khususnya mereka yang berkecimpung dalam pagelaran wayang kulit di Kota Pekalongan.
“Kami selalu melakukan koordinasi dengan Dinparbudpora maupun pegiat seni dan budaya lokal Kota Pekalongan dalam rangka pembinaan serta melahirkan generasi-generasi penerus terkait seni dan budaya khususnya seni perdalangan,”tegasnya.
Sementara itu, ketua panitia pagelaran Wayang Kulit, Lugman Wahyuning Hidayat menerangkan, pagelaran wayang kulit ini terselenggara atas kerjasama Pemkot Pekalongan melalui Dinparbudpora, PEPADI dan paguyuban K3 Slamaran, dimana acara dalam rangka Hari Wayang ini dipusatkan di Perumahan Slamaran Indah.
“Lewat pagelaran wayang kulit ini, kami ingin menguri-uri budaya, dimana budaya seni dan tradisi wayang saat ini sudah sedikit berkurang keberadaannya di tengah masyarakat, sehingga kami ingin bahwa budaya wayang ini bisa tetap lestari dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia,”tutur Lugman.
Lugman menyebutkan, selain penampilan wayang kulit, acara ini dimeriahkan juga dengan pertunjukan gamelan dari Sanggar Madya Laras Slamaran, tari tradisional yang ditampilkan oleh warga Slamaran,sinden, dan dalang cilik dari siswa SDN 05 Krapyak Slamaran.
“Dengan adanya pagelaran wayang ini bisa menjalin silaturahmi antar warga sehingga tercipta keguyuban bersama. Disamping itu, kami harapkan masyarakat kembali memupuk dan lebih mencintai budaya lokal sendiri dibandingkan budaya luar serta harapannya acara pagelaran wayang ini bisa menjadi kegiatan rutinan di Kota Pekalongan,”katanya.
Ditambahkan anggota DPRD Kota Pekalongan, Seno Prafitri Adi memaparkan bahwa, saat ini generasi muda Indonesia lebih cenderung menyukai budaya luar, maka dengan digelarnya pagelaran wayang kulit ini bisa memupuk kembali rasa kecintaan masyarakat terutama generasi muda terhadap budaya lokal wayang kulit.
“Kami berharap, masyarakat bisa menjaga tradisi wayang ini sebagai warisan budaya Indonesia. Jangan sampai budaya asli Indonesia diklaim oleh negara lain. Melalui acara ini, Kota Pekalongan membuktikan komitmennya dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya lokal sebagai identitas bangsa. Diharapkan, kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk memperkuat rasa cinta terhadap budaya Indonesia,” pungkasnya. (**)
Baca Juga