Dampak RIPH Baru, Petani Bawang Putih di Tegal Terancam Rugi Miliaran Rupiah
- calendar_month Jum, 4 Sep 2020

Kepala Perwakilan BI Tegal, Muhammad Taufik Amrozy saat dimintai pendapat terkait keluhan petani bawang putih binaanya, mengatakan akan memperluas kerja sama penyerapan bawang putih dengan sejumlah BI di daerah lain. Hal itu untuk mengembalikan kejayaan bawang putih sebagai tuan rumah di negeri ini.
“Kalau kita sudah punya bawang putih sendiri, kenapa harus impor. Mari kita bangkitkan kembali kejayaan bawang putih di Indonesia,” katanya.
Dia menyebut, kebutuhan bawang putih di Indonesia sebanyak 600.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 90 persen di antaranya impor. Untuk itu, petani bawang putih lokal harus bisa menghentikan impor dengan meningkatkan kualitas. Dirinya tak menampik, umbi bawang putih lokal dengan impor memang lebih besar impor. Berat umbi impor per siung sekitar 20 gram. Sedangkan umbi lokal kurang dari 20 gram. Meski lebih besar, umbi lokal sebenarnya lebih bagus kualitasnya. Hal itu dibuktikan saat testimoni yang dilakukan oleh seorang chef. Kala itu, umbi lokal hanya 1 siung bisa menghasilkan masakan yang lezat. Sedangkan umbi impor harus 5 siung.
“Walaupun umbi lokal kecil, tapi caberawit. Kualitasnya lebih bagus dari impor. Silahkan dicoba,” ujarnya.
Kontributor: Wijayanto
Editor: Faisal M
- Penulis: puskapik




























